Tragedi Ibu Budiman

Edisi: 18/14 / Tanggal : 1984-06-30 / Halaman : 22 / Rubrik : MD / Penulis :


DUA jam sebelum Sopir Suwarno, 54, menemukan Bu Mar menggantung diri, Amadi, 30, tukang becak, masih melihat aktris itu menyiram bunga, lalu bercakap-cakap dengan tetangga. Kesibukan ini terjadi antara pukul 7.00 dan 7.30 pagi. Tapi sekitar pukul 9.00, ketika Suwarno kembali dari Jalan Maluku, Jakarta Pusat, ia melihat pekarangan sepi. Lima anjing pendek, jenis Pekingese, kesayangan Bu Mar rupanya sudah dirantai di halaman belakang, dan beberapa pasang sandal telah pula disingkirkan dari pintu depan. Rapi. Di atas meja kemudian ditemukan tujuh pucuk surat perpisahan, bukti tertulis hidup Marlia Hardi yang tragis.

Pada Senin pagi, hari ke-18 Puasa, pemain watak Marlia Hardi, 57, telah tiada. Rentetan fakta di atas memberi petunjuk kuat bahwa ia menyongsong maut secara sadar dan tenang. Bahkan agaknya, Almarhumah menempuh detik-detik ketegangan itu dalam sikap dingin, tegar, penuh perhitungan. Mungkin saja ia, dengan daya khayalnya yang tinggi, telah dapat membayangkan secara persis bagaimana perbuatan sesat itu akan terjadi.

Kini penggemar televisi kehilangan seorang figur ibu idaman, dan dunia seni peran di negeri ini akan sulit mencari penggantinya. Ribuan orang mengantarnya ke Pekuburan Karet siang itu, dan ribuan orang bertanya: "Mengapa Bu Mar harus pergi?" Khalayak ramai rupanya masih penasaran walaupun Kamis pekan lalu pihak polisi secara resmi memastikan bahwa pemimpin grup sandiwara televisi itu meninggal karena bunuh diri.

Jika ditelusuri ke belakang, Marlia sudah berpikir serius tentang mati sejak dua tahun berselang. Dalam wawancara dengan majalah Dharma Wanita (30 November 1982) Almarhumah berkata, "Apa pun yang akan terjadi, terjadilah. Saya ingin menutup mata di depan kamera, di tengah rekan-rekan saya."

Minggu malam sebelum kejadian. Ny. Masmirah, tetangga Alarmhumah, berbincang-bincang agak lama dengan Marlia. "Malam itu kelihatan Bu Mar amat gelisah," tutur Masmirah. "Ia akan membayar uang arisan besok, sekitar Rp 5 juta." Menurut Masmirah, yang membuat Marlia kalut ialah berbagai ancaman lewat surat dan telepon. Tidak jelas siapa pengirim surat kaleng itu, tapi isinya, mereka akan melaporkan Almarhumah ke polisi.

Ancaman itu sedemikian menghantui Marlia, hingga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14

Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…

"
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14

Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…

K
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16

Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…