Sukses Dan Ekses Kb
Edisi: 20/14 / Tanggal : 1984-07-14 / Halaman : 61 / Rubrik : KSH / Penulis :
ULANG tahun keempat belas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sebenarnya jatuh tanggal 29 Juni. Tetapi karena berdekatan dengan Idulfitri diundurkan sampai 6 Juli. "Sekalian dirayakan bersama halal-bihalal. 'Kan jadi murah," ujar Dr. Haryono Suyono, sambil tertawa.
Kepala BKKBN yang berputra empat orang itu belakangan ini memang banyak menahan diri. Terutama setelah datangnya gelombang pukulan terhadap angka-angka keberhasilan yang pernah dilontarkannya. Dari Yogyakarta muncul suara tentang perbedaan yang cukup berarti antara angka yang dibuat BKKBN dan hasil sensus pada periode yang sama, yaitu tahun 1980. Kalau dibandlngkan dengan hasil sensus, umlah peserta KB yang menggunakan pil, IUD, dan kondom, maka angka yang pernah dilemparkan BKKBN lebih banyak 28,2% atau sekitar 1,5 juta akseptor.
"Selisih antara data BKKBN dan hasil sensus itu cenderung lebih besar di provinsi-provinsi Pulau Jawa - tempat program KB jauh lebih awal dilaksanakan - yang justru berpenduduk banyak," ulas Dr. Peter K. Streatfield, 34, seorang konsultan di Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Ketimpangan angka-angka itu kelihatannya meliputi semua daerah di Jawa. Prevalensi tingkat kesertaan untuk semua metode kontrasepsi di Jawa Barat menurut BKKBN 26,8%, sedangkan sensus hanya 22,8%.
Jawa Tengah 46,6% menurut BKKBN, tetapi berdasarkan sensus hanya 33,4%. Di Yogyakarta 53% menurut BKKBN dan hanya 42,4% menurut sensus. "Bahkan Jawa Timur, yang digembar-gemborkan sebagai paling berhasil, menurut angka BKKBN 56,1% tapi hanya 39,2% menurut sensus. Selisih yang hampir 15% di Jawa Timur itu merupakan perbedaan yang sangat besar," tambah sarjana Australia yang mencapai gelar doktor dengan disertasi mengenai keluarga berencana di Bali itu.
Haryono Suyono tidak membantah kemungkinan angka yang dibuat lembaga yang dia pimpin salah. "Karena itu, kami selalu mengadakan survei untuk mengadakan cross check," katanya kepada TEMPO. Dia memberikan contoh mengenai survei cara pengisian formulir laporan bulanan klinik KB. Ternyata yang benar mencapai 92,8%. Selebihnya keliru.
Mengenai angka-angka yang terlalu melambung dari BKKBN, Haryono Suyono terus terang mengatakan, hal itu sudah dia ketahui sebelum diramaikan media massa akhir-akhir ini. "Kami tahu tentang hal itu tapi tidak membesar-besarkannya agar petugas di lapangan tidak patah semangat," katanya berkilah.
ADA dua kemungkinan mengapa sampai terjadi perbedaan angka yang memojokkan BKKBN itu. Pertama, kemungkinan data sensus memang terlalu rendah. Tentang hal ini, konsultan kependudukan di UGM tadi memberikan contoh perbandingan antara hasil sensus 1980, data BKKBN, dan hasil East Java Population Survey (EJPS) - survei yang dibikin oleh North Carolina Population Laboratory bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik. Ternyata, angka sensus yang paling rendah. Tingkat prevalensi BKKBN 55,1%, EPJS 40,2%, dan sensus 35,6%.
Sedangkan kemungkinan kedua karena perbedaan pendekatan. "Data BKKBN adalah data logistik. Sedangkan data sensus diperoleh langsung dengan menanyakan orangnya," kata Streatfield. Maksudnya BKKBN Pusat menghitung tingkat prevalensi berdasarkan jumlah alat-alat kontrasepsi yang sudah disalurkan. Ini dibenarkan Haryono Suyono. "Karena perbedaan pendekatan itu, maka terjadi pcrbedaan angka tersebut. Kalau tidak terjadi perbedaan justru aneh," katanya.
Metode yang dianut BKKBN itulah yang kemudian rupanya memukul BKKBN. Memang, sejauh yang diberitakan, mereka tidak pernah meneliti apakah pil yang sudah diberikan untuk tiga belas siklus itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…