Abri Bersilaturahmi
Edisi: 35/14 / Tanggal : 1984-10-27 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
KEKERASAN yang terjadi di Tanjung Priok bulan lalu menorehkan luka bagi siapa saja. Setidaknya - berbareng dengan beredarnya selebaran gelap - pemerintah tampak merasa perlu berbicara. Khususnya ke kalangan Islam.
Pangdam VIII/Brawijaya, misalnya, mengundang seluruh alim ulama se-Jawa Timur. Dalam pertemuan yang berlangsung di Surabaya 8 Oktober itu, diputar sebuah kaset video. Isinya: penjelasan Pangab Jenderal L.B. Moerdani mengenai kerusuhan di kampung sebelah utara Jakarta itu. Pangdam Mayor Jenderal Soelarso menegaskan bahwa aparat keamanan di Ja-Tim siap untuk menanggulangi segala kemungkinan. Tapi, katanya, "Kesiapan itu harus juga dibantu oleh para ulama."
Di Jember, Ja-Tim, Minggu 21 Oktober laiu, komandan Resort Militer 083 Malang, Kolonel Basofi Soedirman, juga mengadakan pertemuan dengan pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Jember. Masalah yang dibahas: peristiwa Tanjung Priok serta peledakan bom di beberapa tempat di Jakarta.
Kata Kolonel Basofi: Para pengacau selalu, "Mengharapkan timbulnya rasa curiga antara umat Islam dan aparat pemerintah hingga kemudian timbul bentrok, dan akhirnya jatuh korban."
Di Aceh, hal yang serupa berlangsung pula. Brigadir Jenderal Nana Narundana panglima Kodam I/Iskandar Muda, memang dikenal tak pernah absen dari kegiatan Jumat di masjid-masjid. Nana, yang baru dua bulan lalu menunaikan ibadat haji, sering diminta menjadi khatib. Ia sering mengunjungi desa-desa terpencil, dengan berkopiah serta bersarung, memasuki masjid dan ikut bersembahyang. Kini masyarakat diimbaunya tidak tergoda ajakan berdosa, misalnya ikut atau bersimpati pada gerombolan pengacau keamanan Hasan Tiro. "Kita jangan kembali ke masa lalu yang kacau," katanya berulang kali.
Sementara itu, di Jakarta, panglima Kodam V/Jaya Mayor Jenderal Try Sutrisno dalam beberapa pekan ini rajin mengunjungi berbagai pengajian dan tempat ibadat. Panglima ini sendiri dikenal sebagai santri. Beberapa tahun lalu iai, yang telah menunaikan ibadat haji, sering menjadi imam di salat Jumat, juga berpidato.
Dua pekan lalu, misalnya. Disambut dengan musik kasidah ia mengunjungi Islamic Centre di Kwitang, Jakarta Pusat. Sebelumnya, ia sudah ke Masjid AlMakmur, Tanah Abang. Tanpa canggung, Try naik ke mimbar memberikan pengajian sekitar 20 menit. Diulanginya penegasannya yang sering diucapkannya di beberapa masjid yang telah dikunjunginya. "Kita harus waspada. Jangan sampai menerima yuwaswisu fi sudurinnas (membuat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?