Pameran Besar Adem Ayem

Edisi: 41/14 / Tanggal : 1984-12-08 / Halaman : 78 / Rubrik : SR / Penulis :


KETIKA pertama kali diadakan, 1974, Pameran Besar Seni Lukis Indonesia mengundang keributan. Sejumlah pelukis muda protes - tidak setuju terhadap lukisan terbaik pilihan dewan juri. Yang dipilih juri, menurut mereka, hanya karya yang sudah mapan, sementara jenis yang "eksperimen" diabaikan.

Dua pameran besar belakangan ini, 1982 dan 1984 - pameran ini diselenggarakan dua tahun sekali - terasa adem ayem, tak terganggu macam-macam. Pemberian hadiah lukisan terbaik telah ditiadakan. "Pemberian hadiah itu menyesatkan," kata Sudarmadji, ketua Dewan Kesenian Jakarta sekarang. Konon, lulusan Pendidikan Seni Rupa IKIP Negeri Yogyakarta itu pernah berdialog dengan Affandi yang pernah jadi juri Pameran Besar. Kesimpulannya, sulit mengatakan satu lukisan lebih baik dari yang lain. "Apakah kuda lebih baik dari ayam ? 'Kan susah," kata Sudarmadji, menirukan Affandi.

Tapi selain soal kuda dan ayam, memang ada pergeseran konsep Pameran Besar (PB). Dulu, 1974, DKJ memaksudkan PB sebagai upaya menyuguhkan panorama seni lukis Indonesia. Itu sebabnya para peserta…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…