Penjelajah Yang Tak Kembali

Edisi: 46/13 / Tanggal : 1984-01-14 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


BALON yang berisi gas hidrogen itu mulai dilepaskan tali-talinya. Ini kejadian di Hovs Hallar, permukiman nelayan di pantai Swedia awal tahun lalu. Balon bernama Ornen (Rajawali) itu pun segera mencuat hingga ketinggian 75 m di udara. Kemudian, pelan-pelan, dibawa angin sampai jauh, melintasi Laut Utara. alam gondola alias keranjang yang tergantung di bawahnya, berdiri Max von Sydow, bintang film kenamaan. Ia disertai dua aktor pembantu, Goran Stangertz dan Sverre Anker Qusdal.

Di darat, seorang juru kamera sibuk merekam semua kegiatan di udara, sementara Sutradara Jan Troell mengamati semuanya dengan cemas. Detik-detik itu memang cukup menegangkan. Yang dipertaruhkan bukan hanya keselamatan ketiga aktor yang di udara, tapi juga suatu jadwal produksi yang ketat yang menyangkut anggaran sebuah film termahal yang pernah dibikin di Swedia.

Film yang diberi judul Flight of the Eagle itu didasarkan pada buku penulis Swedia terkemuka, Per-Olof Sundman. Ia mengisahkan perjalanan ke Kutub Utara oleh Salomon August Andree, yang berakhir dengan malapetaka. Sebelumnya, di Swedia sendiri, Troull sudah terkenal lewat penyutradaraan film-film The Emigrants (1972) dan The New Land (1973). Yang pertama dibintangi Liv Ullmann dan memenangkan empat pencalonan untuk Hadiah Academy. Film Troell ini telah dicalonkan bagi Hadiah Academy, kali ini dalam kategori film berbahasa asing terbaik.

Andree (di sini diperankan oleh Sydow) bersama dua rekannya, Nils Strindberg dan Knut Freakel, pada tahun 1897 mencoba mencapai Kutub Utara dengan sebuah balon berisikan hidrogen. Mereka lepas landas 11 Juni 1897 dari Pulau Dane di Kepulauan Svalbard (Spitsbergen). Tapi, tiga hari kemudian, mereka terpaksa mendarat di bentangan es yang buas, setelah mencapai sekitar 480 km. Untuk kembali ke pangkalan mereka, selama hampir tiga bulan Andree dan kedua rekannya menempuh perjalanan penuh derita melalui bentangan dingin itu, dan kehilangan semua "rasa arah" di tengah bongkahan es yang mengapung dan menghimpit mereka dari segala jurusan. Akhirnya, mereka lenyap.

Pada abad ke-19 itu hasrat mengungkapkan rahasia Kutub Utara itu memang sangat gencar - dengan bantuan teknologi yang belum memadai. Berbeda sekali dengan keadaan sekarang, seperti digambarkan oleh Per-Olof Sundman, penulis cerita yang difilmkan ini, ketika ia turut dalam pelayaran kapal pemecah es Ymer milik Swedia.

Kapal Sundman itu menempuh pelayaran 100 hari ke Kutub Utara, pertengahan 1982. Setelah empat minggu berlayar di tengah es dan salju, si penulis merasakan seolah minggu-minggu itu menyatu menjadi satu hari yang teramat panjang. "Sekalipun jadwal makan selalu tetap, di kapal, orang cenderung tak menyadari berlangsungnya waktu dari jam ke jam. Setiap jam dipadu dengan yang berikut, hari disusul malam, tapi malam itu tak pernah ada," tulisnya. "Apa pun tampak putih menyilaukan."

Ketika berada di garis lintang ke-82, es semakin padat, tebal, dan ganas. Sundman menyadari, kelompok ekspedisi itu bagai masyarakat kecil yang hidup penuh kenyamanan di tengah alam yang dahsyat itu. "Bahkan baru 50 tahun lalu, siapa saja yang memasuki daerah es di Kutub Utara berarti meninggalkan segala yang pasti dan aman, dan mempertaruhkan nyawa," tulisnya. "Tapi, bagi kita di Ymer, keadaan justru sebaliknya.

"Sekitar kami gumpalan es menumpuk, menyusun bentuk yang tak menentu. Garis-garisnya yang tajam kadang semakin lembut, dan menghilang dalam kabut yang tebal. Sungguh suatu dunia penuh kekuatan dan pertentangan. Di satu pihak, es, es, es melulu, es yang tak ada habisnya hingga memuakkan orang. Di pihak lain 8.000 ton baja dan 22.000 daya kuda.

"Kami, di dalam kapal, menikmati hidangan sepenuh meja, mandi dengan air atau uap panas, mencuci pakaian dengan mesin cuci, ganti baju menjelang makan malam, memakai seprei dan handuk bersih secara teratur. Satelit dan radio di bumi menghubungkan kami dengan dunia luar, dan setiap saat kami menerima foto tentang lautan es sekitar kami yang diambil dari ribuan kilometer di atas. Kami menerima telegram penuh informasi tentang angin dan cuaca. Kami bisa tukar-menukar berita, dengan bahasa biasa ataupun sandi, dengan Alvsborg Radio. Buletin berita terakhir, sekalipun sudah lewat beberapa hari, setiap hari kami terima." Semua itu tentu tak tersedia bagi Andree dan kawan-kawannya, hampir 90 tahun lalu.

Empat hari setelah Andree lepas landas, kapten sebuah kapal nelayan Norwegia menembak jatuh seekor merpati pos. Ternyata, sebuah tabung diikatkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…