Gugatan Kepada Maulud Nabi

Edisi: 46/13 / Tanggal : 1984-01-14 / Halaman : 66 / Rubrik : AG / Penulis :

MAULUD Nabi ternyata bisa menjadi urusan pengadilan. Bukan di sini, tapi di Arab Saudi. Seorang ulama muda Syeh Muhammad bin Alwi bin Abbas alMaliki al-Hasani namanya, yang berusia 38 tahun, dijatuhi hukuman karena itu. Dan vonisnya menarik: kewajiban menandatangani surat pengakuan berbuat salah, dan bertobat.

Kebetulan, ulama yang namanya lebih dikenal sebagai Syekh Maliki itu tidak asing bagi sebagian kalangan di Indonesia. Ia punya pesantren di Utaibiyah, Mekah, dan sejumlah pemuda kita belajar di sana. Selain pernah datang ke sini, misalnya sebagai anggota delegasi Arab Saudi pada tahun 1975, ia pun putra seorang ulama yang juga punya murid di Indonesia. Misalnya K.H. As'ad Syamsul Arifin, tokoh tua Nahdatul Ulama, adalah salah seorang santri almarhum sang ayah.

Syahdan, menjelang musim haji lalu, terbitlah buku berjudul Hiwar ma'al Maliki (Diskusi dengan Maliki). Di antara jemaah haji kita ada juga yang mendapat buku cetakan kedua ini. Hiwar - yang diterbitkan sebagai wakaf, jadi tak diperjualbelikan disusun Syekh Abdullah bin Sulaiman bin Mani', hakim pengadilan banding di Mekah dan anggota Badan Ulama Besar Kerajaan Arab Saudi.

Karya itu sebenarnya bukan buku diskusi. Melainkan serangan total terhadap bukubuku Maliki, khususnya yang berjudul AdzDzakha-irul Muhammadiyah (Perbendaharaan Muhammadi). Dan serangan itu memang berisi tuduhan yang sejalan dengan pertimbangan mahkamah yang menjatuhkan vonis tadi. Yakni: Maliki, lewat tulisan, seperti halnya lewat pengajaran lisan, telah menyebarluaskan ajaran yang bersifat "ajakan kepada syirik, bid'ah, perbuatan munkar,…

Keywords: -

---

Foto Terkait