Malioboro, Banjir Dan Para Kawula

Edisi: 52/13 / Tanggal : 1984-02-25 / Halaman : 32 / Rubrik : KL / Penulis : KAYAM, UMAR


ALANGKAH aneh kadang-kadang hubungan manusia dengan habitatnya. Di tengah lingkungan tempat dia bermukim, mencari nafkah, dan membesarkan keluarganya, kadang-kadang dia merasa perlu menyesali tempat yang dipilihnya. Dan membandingkannya dengan lingkungan lain yang seakan tampak lebih indah. Kisah terkenal tentang dua orang petani yang tinggal di dua buah bukit yang berdampingan, dan saling membandingkan, dan saling menganggap bukit tetangganya lebih bagus dari bukitnya sendiri, menjadi cerita klasik - karena naluri manusia untuk tidak gampang puas mengiakan kisah itu.

Maka, bagaimanapun semu romantika penghuni kota untuk membayangkan desa sebagai model ketenteraman dan keindahan, agaknya ia tetap bukan impian yang dibuat-buat. Demikian pula cara orang desa merendah-rendah menganggap kota yang bermandi cahaya listrik sebagai model kehebatan dan kemakmuran. Ia bukan sekadar menyatakan basa-basi kelas yang minder. Ia pernyataan kekaguman yang tulus, genuine, dari orang desa yang sehari-hari hidup dalam keremangan cahaya lampu minyak dan belepot lumpur.

Akan segerakah mereka memutuskan untuk membedol keluarga, pergi menyongsong impian indah? Pengalaman sering justru menunjukan hal sebaliknya. Mereka akan alot sekali meninggalkan lingkungan permukimannya - bagaimanapun kusam dan tidak romantis. Sesudah memandang bukit di sebelah dan menghela napas panjang, agaknya dia masih akan sekali lagi menghela napas melihat bukitnya sendiri - menerima kekusamannya, tapi sekaligus kehangatan dan kekukuhan tancapan akarnya.

* * *

Malioboro, jalan legendaris yang membelah jantung Kota Yogya, sekali lagi dibenahi. Entah lewat berapa wali kota sudah jalan sepanjang dua kilometer ini dirombak, dibongkar, dirombak. Seakan, kalau hendak dinyatakan dengan mitos Mataram, jalan ini pengejawantahan Nyai Loro Kidul, yang pada setiap pergantian raja Mataram menuntut suatu perkawinan sakral-spiritual dengannya.

Bagaimanapun, tidak dapat disangkal daya tarik istimewa - kalau tidak dapat dikatakan magis - jalan ini. Sejak zaman kejayaan Kasultanan Yogyakarta dahulu, jalan yang lurus bagai poros singgasana sultan hingga tugu di perempatan bagian utara kota ini telah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…