Di Atap Langit, Sang Budha Belum...

Edisi: 02/14 / Tanggal : 1984-03-10 / Halaman : 37 / Rubrik : SEL / Penulis :


BERABAD-abad lamanya Tibet menjadi "tanah terlarang". Hampir-hampir tak-terjamah para pendatang. Di mata penjelajah Barat, kerajaan Pegunungan Himalaya itu bukan sekadar "atap dunia". Tapi juga mirip negeri dongengan. Terlalu jauh, sulit, berbahaya untuk bisa dicapai, tapi terlalu merangsang.

"Hamparan pemandangan memukau, kelengangan mencekam, ancaman bahaya tiba-tiba saja hadir di hadapan orang-orang lugu penuh angan-angan, karena merasakan telah menemukan kembali tanah emas yang hilang." Demikian gambaran seorang pengarang Inggris seperti yang dikutip Michael Parks dalam International Herald Tribune, 6 Januari tahun ini.

Konon, banyak orang Asia percaya, di suatu tempat di antara Cina dan India, di pedalaman Tibet, terdapat sebuah gunung suci. Pusar bumi, poros dunia, mereka bilang. Dari pegunungan itu - Himalayalah dia - mengalir empat sumber sungai besar Asia. Demikian menurut kepercayaan, dan begitu pula dalam kenyataan.

Kendati tidak ditemukan dalam dongengan Timur, misteri Peginungan Himalaya memang lengket dalam angan-angan orang Eropa. Langit yang luas, hampa dan kelabu, menudungi sebuah negeri yang dalam Deta abad ke-19 menjadi salah satu kawasan Asia Tengah yang tidak tersentuh. Ekspedisi demi ekspedisi - Inggris, Rusia, Swedia, Jepang, di antara mereka ada yang menjadi penjelajah ternama Asia Tengah pada masa yang lebih akhir berusaha mencapai kota suci Lhasa. Di sinilah bertahta Rajadewa Dalai Lama, yang dipercaya sebagai reinkarnasi Budha Gautama.

Tapi selama sekitar satu abad, berbagai rombongan luar itu terpukul mundur oleh alam kendati sekte Yesuit pernah sampai mencoba mendirikan sebuah misi kecil Katolik pada awal abad ke-17 di sana. Musim dingin yang membekukan, padang-padang pasir kering kerontang dan jalan-jalan pintas yang dikepung gunung-gunung salju siap menerkam. Orang asing yang berhasil selamat dikirim balik oleh para prajurit Tibet sendiri - karena para opsir mereka percaya, nyawa mereka sendiri akan jadi tebusan jika membiarkan para pendatang masuk lebih dalam.

Hanya pada 1904 satu pasukan Inggris berhasil sampai di Lhasa. "Inilah pertama kalinya dalam sejarah dunia Lhasa masuk koran," tulis koresponden The Daily Mail tentang tahun itu. Dan Istana biara Potala menimbulkan kekaguman luar biasa. Pilar-pilar keemasan kemilau bagai lidah api ditimpa sinar matahari membuat para penziarah terpesona, takluk dan memuja. Rakyat berdatangan ke istana di pinggang bukit itu dari dataran tinggi di sekitarnya.

Tetapi, Tibet tak selamanya penuh puja. Ketika pada 1950, Tahun Harimau Besi, Ketua Partai Komunis Cina Mao mengumumkan niatnya "membebaskan" Tibet, kerajaan Himalaya ini memiliki sekitar 3.000 biara. Setelah niat itu terlaksana, jumlah itu menyusut menjadi tinggal 2.000. Tujuh tahun kemudian, 1966, setelah berlangsung Revolusi Kebudayaan, yang menghancurkan segala sisa tradisi, hanya belasan biara yang masih tinggal di Dataran Tinggi dan Lembah Tsangpo. Dan musnahlah khasanah keagamaan dan kebudayaan Tibet, yang dianggap "lambang feodalisme dan Lamaisme". Peradaban berusia 2.110 tahun, dari sebuah negeri yang merdeka, luluh dalam sehari.

* * *

Sudah tiga dasawarsa lebih orang Tibet berada di bawah kekuasaan komunis. Dan dalam masa itu tidak ada kesempatan sedikit pun bagi mereka megenyam kebebasan seperti yang pernah diperoleh dalam- masa pemerintahan antiasing Dalai Lama. Toh orang Tibet jarang menentang tuan Cinaya terang-terangan, meski tidak sepatuh seperti diduga oleh orang luar dan oleh pejabat Cina sendiri.

Perlawanan terorganisasi, kendati kecil, tetap berlangsung. Di antaranya dalam bentuk penyebaran pamflet anti-Peking di pasar-pasar Lhasa, biasanya pada malam hari.

Dan perlawanan itu mencapai puncaknya pada 1959. Setelah selama tujuh tahun berusaha bekerja sama dengan Peking, Dalai Lama tak tahan lagi. Ia nekat memberontak, dengan mengandalkan kaum biarawan dan petani yang kurang dipersenjatai. Perlawanan segera redam - di bawah ladam sepatu Tentara Pembebasan Rakyat yang terlatih dan bersenjata lengkap. Dalai Lama beserta 90.000 pengikutnya terpaksa menyingkir ke India.

Dan sejak itulah Tibet dibanjiri pasukan dan pegawai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…