Sebuah Nyanyian Tentang Peru
Edisi: 50/13 / Tanggal : 1984-02-11 / Halaman : 42 / Rubrik : SEL / Penulis :
LIMA abad sebelum terbitnya novel George Orwell 1984 dan Ensiklopedi Besar Soviet, orang Inca sudah lebih dulu memanipulasikan masa silam untuk kepentingan politik. Tiap raja, yang bertahta di ibu kota Cuzco, selalu didampingi dewan amauta - para bijak bestari - yang tugasnya "membongkar-pasang" sejarah.
Itu "dalam upaya membuktikan bahwa mereka telah mencapai puncak kejayaan", kata Mario Vargas Llosa dalam The New York Times Magazine (TNYT) 20 November 1983. Bayangan kebesaran memang menjadi iming-imingan semua penguasa, dulu dan kini. Tapi sejarah dibuat menyimpang begitu jauh, keluh Mario, dan segala ikhtiar merekonstruksikannya jadi sia-sia.
Mario Vargas Llosa - ini bukan nama sepele lahir di kota kecil di Lembah Andean. Ia menerima pendidikan di Bolivia, terus ke Universidad Nacional de San Marcos, Lima, dan Universidad de Madrid, Spanyol. Kemudian menjadi wartawan dan penyiar, termasuk di televisi Prancis dan kantor berita AFP, Paris. Bekas presiden PEN Club ini juga mengajarkan Sastra Amerika Latin, baik di Peru maupun di luar. Menerima sejumlah penghargaan, terakhir (1967) Romulo Gallegos Prize, Mario cukup banyak menulis novel - paling belakangan berjudul Perang di Akhir Dunia.
"Arequipa, kota tempat aku lahir, terletak di Lembah Andean di Peru Selatan," begitu ia memulai A Passion for Peru di TNYT. "Terkenal karena semangat kependetaan dan pemberontakannya, para ahli hukumnya, gunung-gunung api, kejernihan langit, rasa gurih udangnya, dan sifat udiknya."
Keluarga Llosa pindah dari Arequipa di tahun pertama kelahiran Mario, dan tidak pernah menetap di sana lagi. Tapi ia mengaku dirinya "lebih Arequipa", dan menganggap olok-olokan orang Peru lainnya terhadap mereka sebagai pernyataan iri hati belaka. "Bukankah kami bicara Spanyol paling murni? Bukankah kami yang memiliki bangunan Santa Catalina yang mengagumkan, wisma biarawati yang mampu menampung 500 penghuni? Bukankah kami yang memiliki gempa bumi paling dahsyat, dan sejumlah revolusi besar dalam sejarah Peru?"
Ia menetap di Cochabamba, Bolivia, dari usia 1 sampai 10 tahun. Apa yang dapat dikenangnya tentang kota masa kecilnya itu adalah: buku-buku tentang Sandokan, para pangeran jagoan Abad Pertengahan Eropa, Tom Sawyer dan Sinbad, karya-karya Nostradamus dan Cagliostro, dan kumpulan sajak "mengasyikkan" yang selalu dicoba sembunyikan ibunya. "Aku membacanya bukan karena paham, tapi karena daya pikat birahi yang membuatnya terlarang."
Dan di situ agaknya kepengarangannya dimulai. Merasa buku yang sedang dilahapnya berakhir secara tidak masuk akal, Mario kecil acap membuat sendiri bab baru atau ending, baru untuk buku itu.
Hidup di luar negeri mempertebal keyakinannya bahwa hal yang terbaik bagi seseorang adalah menjadi orang Peru. Gagasannya tentang Peru lebih bertumpu pada Inca dan para conquistador, penakluk Spanyol, ketimbang pada luas nyata negeri itu sendiri - yang tidak dilihatnya lagi sampai 1946. Itulah saat keluarganya beranjak kembali dari Cochabamba ke Piura, tempat kakeknya dikenal sebagai pejabat tinggi. Mereka melawat ke seluruh negeri, dan singgah di Arequipa.
Diingatnya rasa kagumnya ketika menyaksikan laut untuk pertama kalinya di Camana. Ia merengek dn merajuk-rajuk, sampai kakeknya menghentikan mobil agar sang cucu dapat menikmati lebih lama ombak yang datang bergulung. Seekor kepiting menggigitnya: "Tapi cinta pertamaku kepada pantai Peru tidak pernah berakhir."
Negeri yang dicintainya itu digambarkannya bagai sepotong gurun sepanjang 1.400 mil. Ada lembah-lembah sempit, terpotong-potong oleh sejumlah sungai yang berduyun turun dari Pegunungan Andes. Bibir pantai Atlantik turut pula mempersempit kawasan.
Tidak hanya itu. Kaum Indian, yang mencoba bertahan dalam sikapnya yang fanatik sambil mencerca hadirnya tradisi Spanyol, juga menyerbu daerah pantai. Kawasan tepi air itu mereka nilai sebagai tempat empuk bagi pendaratan pengaruh asing.
Mereka sendiri menganggap sebagai tragedi bahwa pusat kehidupan politik dan ekonomi Peru berpindah dari siera, pedalaman bergunung-gunung, ke wilayah pesisir. Yaitu dari Cuzco, ibu kota Kemaharajaan Inca, ke Lima. Ini, kata mereka, menandai awal sentralisme yang mencekik dan mengubah Peru menjadi sejenis laba-laba. Akibatnya, negeri itu besar di kepala (Lima, ibu kota), tapi lemah di pinggang dan ekor.
Sebagai seorang Arequipa, dan seorang dari siera, Mario merasa lebih condong berdiri di sisi penduduk Pegunungan Andes dalam setiap polemik dengan orang pesisir. Tetapi, jika harus mengambil satu di antara tiga - pantai, pegunungan, dan rimba Amazon - pengarang itu lebih senang memilih pemandangan berpasir dan bergelombang. Hendaknya tahu, tiga kawasan itulah yang memisah-misahkan Peru sejak dulu.
Kawasan pantai menandai batas luar Kemaharajaan Inca, peradaban yang tumbuh membesar dari Cuzco. Peradaban Inca sebenarnya bukan satu-satunya kebudayaan pra-Spanyol di Peru, tapi yang paling tangguh. Wilayahnya juga mencakup - kini Bolivia, Equador, sebagian Chili, Colombia, dan Argentina.
Dalam masa relatif singkat, 150 tahun, Inca menundukkan belasan negeri dan rakyatnya. Mereka membangun jalan-jalan, jaringan pengairan, benteng-benteng. Juga mengembangkan pemerintahan berikut perangkat administrasinya dan mampu memberi makan anak negeri - hal yang tak terpenuhi oleh pemerintah pengganti, baik penjajah maupun pribumi.
"Meski demikian, saya tidak pernah menyukai Inca," tulis Mario. Ia mengaku terpesona oleh monumen-monumen seperti Machu Picchu dan Sacsahuaman. Tetapi melankoli orang Peru - ciri menonjol dalam karakter mereka - mungkin justru lahir dalam masa Inca, katanya. Masyarakat mereka yang birokratis, dan dicetak dalam disiplin "manusia semut", dianggapnya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…