Menyimpan Limbah, Membuang Sampah

Edisi: 43/14 / Tanggal : 1984-12-22 / Halaman : 67 / Rubrik : LIN / Penulis :


RIBUAN ton racun, ternyata, diimpor ke sini setiap bulan, untuk kebutuhan ribuan pabrik industri. Racun itu, berupa bahan kimia, seperti senyawa mercu (2 ton lebih/bulan), aluminium oxide (16 ton lebih), chromium hydroxide (16 ton), dan manganese oxide (2.000 ton lebih). Ini dari data yang dihimpun BPS dua tahun yang lalu, dan belum termasuk bermacam jenis senyawa kimia lain yang sudah bisa ditambang di sini.

Sejak racun itu mendarat di pelabuhan, diproses di pabrik, sampai dikonsumsikan penduduk, tentu menimbulkan efek samping yang tampaknya sulit dihindari: lingkungan yang tercemar.

Menurut Mohammad Soerjani, ketua Pusat Studi Lingkungan Ul, kalau korban akibat pencemaran yang tertebar di banyak pelosok dan dalam waktu yang tidak bersamaan itu dikumpulkan, "Hasilnya bisa lebih menakjubkan ketimbang tragedi Bhopal." Soerjani kebetulan pernah meneliti pencemaran belasan pabrik di Tangerang. Hasilnya? "Sebenarnya kita hidup di lingkungan yang punya potensi seperti Bhopal," jawabnya.

Semua ini, kata Erna Witoelar, direktur Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), lembaga swasta yang giat mengurusi pencemaran lingkungan, "Adalah harga pembangunan yang harus dibayar."

Penelitian yang dilakukan oleh kantor Menteri Negara KLH Maret tahun ini, misalnya, mengungkapkan bahwa 2.000-an pabrik di Jakarta dan sekitarnya setiap tahun menghasilkan 580.000 ton ampas industri, yang terdiri dari lumpur kimiawi, berjenis sampah padat, dan sisa olie.

Meski demikian, usaha mencegah pencemaran yang dilakukan oleh pabrik sendiri bukan tak ada. Pabrik peleburan aluminium Asahan, di Sum-Ut, yang dimodali Jepang, menghabiskan seperlima dari dana pembangunan proyek, yang US$ 1,6 milyar itu, untuk peralatan antipencemaran. Dengan itu, ampas pabrik berupa gas fluorida, yang dalam jumlah kecil saja (25 ppm) bisa merusakkan paru, mata, atau tulang secara permanen, kini bisa dinetralisasikan. "Udara di sini dijamin tak tercemar fluorida," kata Zaini Bahri, pejabat PT Inalum, pengelola proyek.

Ternyata, sekalipun sudah punya alat peredam pencemaran, tah selalu pabrik-pabrik akan aman. Kawasan Industri Pulogadung, JIEP aakarta Industrial Estate Pulogadung), adalah salah satu contoh. Terletak di areal seluas 800 ha di belahan timur Jakarta, di sini menumpuk 200 pabrik lebih dari mebel sampai pabrik kimia dan pengolahan baJa, yang masing-masmg memiliki sistem menetralisasikan limbahnya.

Tapi penelitian yang dilakukan JIEP akhir tahun lalu menemukan, separuh lebih dari sampel masih tetap punya potensi mencemarkan lingkungan. Di antaranya, 12 pabrik dinyatakan menghasilkan limbah berupa logam berat.

PT Alcan, perusahaan bermodal Kanada di kawasan itu, yang memproduksikan 500 ton bahan aluminium per bulan, menjaring 135 meter kubik limbahnya setiap hari di dalam dua bak pengolahan. Proses ini menelan biaya Rp 3 juta/bulan. Nyatanya, ketika diteliti, sisa asam sulfat yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…