Ancaman Rusia

Edisi: 47/12 / Tanggal : 1983-01-22 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


TIBA-tiba sepotong kata Rusia itu sputnik -- menjadi kata dunia. Bermula ketika Uni Soviet melontarkan 'bola mesin' seberat 831/2 kg itu, sejauh 901 1/4 km dari permukaan bumi. Secara lengkap disebut Sputnik I, satelit buatan pertama itu mengitari bumi setiap 95 menit -- dan mengirimkan kembali 'bip-bip' gelombang radio secara tetap ke bumi. Tak terasa peristiwa itu sudah berlangsung seperempat abad lalu. Tepatnya 4 Oktober 1957.

"Dampak Sputnik jauh melampaui apa yang sesungguhnya bisa dicapai perangkat ilmiah itu," menurut Robert Jastrow dalam The New York Times Magazine, Oktober 1982. Sebab bagi Uni Soviet, sukses peluncuran itu tak ayal merupakan sumber kebanggaan tak kepalang dan sekaligus bahan propaganda yang efektif -- setidaknya untuk beberapa lama. "Superioritas Soviet di angkasa," dikumandangkan Moskow saat itu, "adalah bukti superioritas Soviet di bumi."

Pravda juga tak kalah garang. Surat kabar terompet Partai Komunis Uni Soviet itu menamakan peluncuran Sputnik sebagai "kemenangan manusia Soviet yang --dengan keperkasaan dan kejelasan arah Bolsyewik, ketetapan hati dan kekuatan -- menjadi tahu benar bagaimana harus terus maju . . Untuk kesekian kalinya terbukti secara benar dan meyakinkan bahwa sistem sosialis Soviet adalah wadah terbaik organisasi kaum pekerja untuk bebas dari belenggu pengisapan."

Lalu apa yang terlupakan untuk dikatakan oleh editorial tersebut buru-buru ditambahkan Nikita S. Khruschev. Khruschev menyatakan saat itu, roket yang meluncurkan Sputnik juga mampu melontarkan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Semua itu diperlukan, katanya, "untuk membawa kepala nuklir." Jelasnya Moskow menginginkan Sputnik dipandang sebagai ancaman militer terhadap Amerika Serikat.

Bagi AS sendiri, berita peluncuran Sputnik itu memang bagai guntur di siang bolong. Apalagi surat-surat kabar luar AS memberita utama dengan nada miring: "Amerika Keok". Yang lain: 'Pearl Harbour di Angkasa'. Atau 'Kesenjangan Teknologi'.

Orang Amerika kemudian mulai secara sungguh-sungguh mempersoalkan kemampuan teknologinya, berikut sistem pendidikan mereka -- sejak taman kanak-kanak sampai universitas -- pokoknya cara hidup mereka. Para psikolog sosial berbicara tentang tumbuhnya kecemasan di seluruh negeri.

Namun sebagai konsekuensi semua itu, Washington mulai membangun. Dan khalayak umum mengikuti aktivitas itu dari belakang. Yang hendak dicapai rupanya "sebuah program yang mahal dan berambisi untuk meraih kembali kepemimpinan di angkasa berikut semua citra tentang diri, pengaruh internasional dan kekuatan militer," seperti ditulis Jastrow. obert Jastrow sendiri pendiri NASA Goddard Institute untuk penelitian angkasa luar, dan menjadi direkturnya sampai menjalani masa pensiun sejak 1981. Kini ia profesor ilmu tanah (earth science) pada Universitas Columbia dan Darthmouth College.

Dan hasil segala jerih payah itu memang mengesankan. Bulan Juni 1969, 12 tahun kurang tiga bulan setelah Sputnik I berhasil membebaskan diri dari daya tarik bumi, Amerika Serikat mampu mendaratkan manusia di bulan -- "dan menjerat kekaguman dunia, dan membantu mengembalikan reputasi Amerika sebagai kekuatan ilmu dan engineering di muka bumi," kata Jastrow.

TAPI menyimak perlombaan angkasa Amerika-Soviet sekarang ini, sesungguhnya lebih dari hanya mengenang usia peluncuran Sputnik yang sudah 25 tahun. Sebab, "sejumlah fakta yang tak meragukan menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa Uni Soviet mungkin saja sekali lagi mengambil alih kepemimpinan," kata penulis yang sama. "Yaitu di dalam hal yang sangat kritis di bidang aktivitas angkasa luar: penggunaannya untuk kepentingan militer!"

Konsep penggunaan angkasa luar sebagai medan laga itu memang sekilas terdengar seperti 'dongengan ilmiah'. Mirip kisah Flash Gordon dan sebangsanya. Tapi sungguh mati, itu akan menjadi satu realitas. Tahun-tahun terakhir ini, ruang angkasa luar telah menjadi gelanggang kepentingan strategis yang saling bertentangan antara dua negara raksasa planet bumi itu.

Kedua-duanya kini menggunakan angkasa luar untuk berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatannya di luar negeri -- sambil memonitor gerakan pasukan asing, kapal-kapal AL dan kapal-kapal selam dengan rudal-rudalnya. Perlu dicatat, 75% komunikasi jarak jauh AS sendiri kini dilakukan melalui satelit.

Dan jenis satelit yang mampu memberikan peringatan awal dalam waktu yang dini semakin meningkat. Jauh di langit tinggi sana, dalam jarak edar tertentu dan tetap, mereka mampu menangkap kilatan panas yang, siapa tahu, merupakan gerakan peluru kendali yang ditembakkan dari sebuah pangkalan atau kapal selam asing.

Gerakan-gerakan rudal daratan yang mobil pun dimonitor secara meyakinkan oleh satelit dengan kepekaan yang tinggi. Contoh: bentangkan (telungkup juga boleh) telapak-tangan anda, dan para satelit beratus-ratus kilometer di atas sana akan mampu memotretnya -- kalau mau -- hanya dalam satu picingan mata.

Jenis-jenis satelit intel elektronik lainnya, disebut Elint, mampu pula memegat (atau mengganggu) sinyal-sinyal dari benda-benda terkendali lainnya, seperti juga gelombang-gelombang radio yang dikirimkan radar-radar militer dan perangkat komunikasi elektronik lain. Perkembangan ini, menurut penulis, meningkatkan stabilitas internasional dengan "membuat benar-benar tak mungkin bagi setiap bangsa untuk merahasiakan persiapan militernya dalam jangka lama".

Namun dalam dekade terakhir, bagaimanapun, Uni Soviet telah berhasil mengembangkan kemampuan militer angkasa luarnya secara beragam dan lebih mengancam. Sejumlah ahli misalnya percaya Moskow mulai melakukan percobaan berbagai satelit bagai senjata pembawa atau pelontar nuklir.

Juga mulai mengembangkan 'satelit pembunuh' -- sistem operasional pertama di dunia -- dengan kegunaan tunggal sebagai pemusnah satelit-satelit lain. Jenis satelit begini jelas mengancam komunikasi militer AS, seperti juga mengancam seluruh sistem monitoring dan verifikasi internasional yang mengenal pemanfaatan satelit Indonesia juga, tentunya.

Program angkas luar Uni Soviet juga memiliki unsur gangguan lain. Moskow telah meningkatkan program stasiun angkasa luar utama dengan tekanan pada keampuhan militernya. Dari tujuh stasiun yang dilontarkan sejak 1971,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…