Beragam Jalan Menempuh Dunia
Edisi: 05/23 / Tanggal : 1993-04-03 / Halaman : 17 / Rubrik : AG / Penulis : WMU
BEGITU mendapat giliran bertanya, mahasiswa Insitut Agama Islam Negeri Bandung itu mendekati mikrofon. Lalu dari pengeras suara terdengar suaranya bergetar, "Munculnya gerakan-gerakan ini membingungkan kami. Apalagi aktivisnya saling mengklaim gerakannya yang paling benar. Lalu mana yang terbaik untuk diikuti?" Empat pembicara, yang duduk sejajar di depan sekitar 300 peserta diskusi, terhenyak. Itu terjadi pada Diskusi Mencari Titik Temu Gerakan Dakwah Islam di Universitas Padjadjaran, Bandung, Ahad pertengahan Maret silam.
Gedung tempat pertemuan itu pun riuh rendah. Peserta diskusi, yang sebagian besar mahasiswa, duduknya diatur oleh panitia sedemikian rupa sehingga para wanita, yang semuanya berjilbab, duduk di barisan buntut. Lalu para hadirin pria berkelompok dalam grup masing-masing. Itu mudah dilihat dari cara berkapakain mereka. Yang bergamis dan bersorban berkumpul dengan mereka yang begamis dan bersorban. Kelompok lain bercelana yang panjangnya hanya sampai di atas mata kaki, dan berjenggot lebat.
"Sedianya kami undang masing-masing pimpinan gerakan dakwah itu, tapi semuanya berhalangan. Jadinya ini kembangan saja," kata Fahmi Lukman, Ketua Umum Dewan Keluarga Masjid Unpad penyelenggara acara itu. Mungkin karena yang hadir hanya "kembangan", maksudnya bukan pimpinannya, itulah maka diskusi sehari itu tak sampai tuntas membahas titik temu, meski rasanya tetap ada upaya untuk saling memahami ciri khas masing-masing.
Gerakan? Jangan bayangkan gerakan dakwah di sini yang konvensional, macam NU, Muhammadiyah, atau Persis, yang sudah punya pakem tersendiri. Bukan pula aktivitas dakwah umumnya di kalangan mahasiswa, seperti Masjid Salman di Institut Teknologi Bandung, atau Jamaah Salahudin di Universitas Gajah Mada. Tapi gerakan di sini kerap mereka sebut dengan istilah Arab harakah benar-benar "baru", dan umumnya hidup di kampus-kampus. "Jumlah gerakan baru ini kalau cuma sepuluh harakah ada," ujar seorang tokoh dari salah satu gerakan asal Bogor.
Tokoh itu kemudian menyebutkan beberapa nama: Ikhwanul Muslimin, Hizb al-Tahrir, Tarbiyah, Salafiyah, Darul Arqam, Jamaah Tabligh. Ide gerakan ini umumnya berasal dari luar, terutama Timur Tengah. Semangat mereka satu: membangkitkan kembali kejayaan Islam.
Itulah cara mereka menjawab tantangan zaman, ketika sejumlah hal mereka anggap tak sesuai dengan ajaran Islam. Ada yang mengharamkan musik (Barat) dan teknologi. Tapi ada pula yang bersikap biasa-biasa saja, atau moderat. "Gerakan ini sangat cepat berkembang di kalangan mahasiswa dan tendensinya sangat revivalis," kata Azyumardi Azra, dosen Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pengamat kecenderungan "baru" ini.
Berikut ini hasil pengamatan TEMPO di lapangan, tentang gerakan yang mencoba memberi alternatif pemahaman dan pengamalan Islam, yang menurut mereka merupakan jawaban bagaimana beragama yang benar.
DARUL ARQAM
Mereka berkerumun di sekitar Jalan Margonda, dekat Kampus Universitas Indonesia di Depok, di perbatasan Jakarta-Bogor. Yang pria umumnya memakai gamis warna kelabu atau gelap, dan bersorban. Kumis mereka tipis, jenggot tebal. Tak hanya dalam salat, makan pun, mereka mengutamakan berjamaah: nasi dan lauk dikerubut dari talam yang sama. Kaum wanitanya berbaju hitam- hitam, menutup sekujur tubuhnya, bercadar, dan hanya tampak kedua matanya dan baru dibuka saat berada dalam "kawasan perempuan" atau hanya berada bersama muhrimnya. "Pakaian begini ini ibarat gula, baru tahu manisnya setelah dipakai," ujar pimpinan Arqam kawasan Jakarta dan Bogor, Mohammad Jundullah. Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Indonesia berusia 25 tahun ini semula bernama Halilintar Anovial, dan baru bergabung dengan Arqam di tahun 1989. "Dulu saya awam tentang agama, hanya sibuk bermain golf," kata sang amir yang mengaku "telah mendapat kebenaran dan kebahagiaan" di Arqam itu.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…