Menganalisa Tornado

Edisi: 16/13 / Tanggal : 1983-06-18 / Halaman : 44 / Rubrik : SEL / Penulis :


UNTUK menangkap anak macan, Anda mesti punya nyali masuk ke sarangnya," kata Tetsuya Theodore (Ted) Fujita. Buat laki-laki kelahiran Jepang ini, pepatah leluhurnya tersebut sudah bukan sekadar lambang keberanian yang menjadi bumbu kata-kata. Tapi telah menjadi bagian hidup.

Bedanya, ia tidak masuk ke sarang macan dan menangkap anaknya. Yang ia masuki adalah pusaran angin topan -- biasa dikenal dengan nama Tornado. Berdasarkan hasil pemotretannya di lokasi, Fujita bisa menyimpulkan bahwa satu pusaran Tornado mengandung empat atau lima pelintiran angin puyuh yang memiliki tenaga penghancur. Dan "anak" Tornado inilah yang dibuntuti Fujita dengan menaiki pesawat terbang kecil. "Penerbangannya hampir mencapai 30.000 mil, dan dalam ayunan lebih dari 250 topan," tulis Gary Taubes dalam majalah Discover terbitan Mei lalu.

Dalam salah satu pengelanaannya, Fujita sempat mengidentifikasikan bentuk angin yang ganas dan mematikan tersebut. Ia namai downburst -- sodokan mendasar. Selang beberapa waktu kemudian ia menemukan versi kecil dari downburst -- yang disebutnya microburst. Menurut Fujita, jenis terakhir inilah yang sering menyebabkan kecelakaan udara di New York City dan New Orleans.

Dengan gairah yang tak pernah pupus selama 30 tahun -- dengan waktu kerja 18 jam setiap hari selama seminggu penuh -- Ted Fujita telah melakukan studi dan menganalisa Tornado. Ahli meteorologi dari Universitas Chicago, Amerika Serikat ini, oleh koleganya, di juluki The Last of the Kamikaze dalam Perang Dunia II lalu julukan ini diberikan pada penerbang berani mati Jepang.

Tanpa ekspresi Fujita menanggapi julukan itu. Yang kecut malah istrinya, Sumiko. Wanita ini seperti sudah pasrah terhadap kegiatan sang kamikaze yang keluar masuk sarang topan.

"Dulu, sewaktu kami merencanakan akan menikah, saya sudah menekankan kepadanya tentang pentingnya pengertian terhadap bahaya profesi saya," tutur Fujita. "Dia bilang, akan mencoba. Pada saat saya terbang, istri saya memang tidak berteriak-teriak memprotes, tapi sebenarnya ia tidak senang. Sudah dua kali ia minta supaya saya berhenti saja. Dengan alasan, hal itu tidak tercantum dalam kontrak perkawinan kami."

Tapi Fujita, 62 tahun, sudah tidak bisa meninggalkan profesinya. Terpaksa Sumiko, yang kemudian sejak menetap di Amerika dipanggil Susie, mengalah. Dan bila suaminya melesat menuju Tornado, ia tak mau pergi ke mana-mana. "Saya tinggal di rumah, dan menunggu," kata Susie. "Selama itu perasaan saya tak menentu."

Tentu bukan lantaran keberaniannya saja yang membuat nama Fujita mencuat sebagai ahli meteorologi. Tapi juga wawasannya yang mendalam menghadapi teka-teki meteorologi telah menimbulkan rasa kagum para koleganya. Bekas direktur Pusat Ramalan Cuaca Nasional Allen Pearson, berkata tentang Fujita: "Ia adalah seorang detektif meteorologi yang sanggup mengenali gejala-gejala alam yang paling samar sekali pun."

Kualifikasi itu masih ditambahi lagi oleh John McCarthy, dari Pusat Riset Atmosfir AS (NCAR), yang pernah bekerja sama dengan Fujita dalam rangka studi downburst. Kata lohn: "Kemampuan Fujita mengamati dan memadukan data tak ada tandingannya. Dengan hanya melongok melalu jendela ia sudah bisa mengambil kesimpulan -- yang bagi kami merupakan kerja berkepanjangan dan dengan bantuan komputer."

Kadang kala Fujita, yang sering tampak mencetuskan jawaban-jawabannya terhadap misteri alam secara…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…