Lampu-lampu Dikerubung Laron

Edisi: 21/13 / Tanggal : 1983-07-23 / Halaman : 65 / Rubrik : PAN / Penulis :


JAKARTA dan kota-kota besar lainnya, bagaikan lampu yang tak pernah sepi dari kerumunan laron pengemis. Laron-laron itu rupanya tak mudah dihalau, tak hanya dengan mematikan lampu. Setiap kali dirazia, ditampung dan dicekoki berbagai nasihat dan keterampilan, lalu dilepaskan agar "mampu berdiri sendiri" -- tangan-tangan itu kembali menengadah dari pintu ke pintu rumah, di pinggir-pinggir jalan.

Jakarta memang "dunia lain" yang paling pemurah bagi para peminta-minta. Uang Rp 25 yang tak laku lagi untuk berbicara di telepon umum tak ada nilainya lagi, hingga dengan mudah dilemparkan ke pengemis dengan rasa belas kasihan atau kesal. Tempat tinggal pun tak sulit. Begitu banyak sudut di Jakarta bisa menampung mereka, termasuk rumah-rumah yang khusus disediakan oleh orang-orang yang ingin menangguk sebagian hasil tadahan mereka. (lihat Sebuah Desa . . .). Karena itu, konon, status pengemis lebih terhormat dibandingkan dengan gelandangan.

Berbagai upaya untuk menghentikan petualangan di sepanjang jalan dan pintu rumah itu rupanya tak banyak berarti. Ini diakui sendiri oleh Kepala Sub-bagian Pelayanan Masyarakat Biro Bina Sosial DKI Jakarta, Drs. Soejatno Boenjamin. "Kami seperti sudah kehabisan cara untuk mengikis para pengemis dari Jakarta ini," ungkapnya. Maksudnya, lingkaran setan itu berputar terus: dirazia, sebagian dipulangkan ke kampung asal, sebagian lagi dididik keterampilan di Panti Sosial III, Pondok Bambu atau di Panti Pengemis Pasar Rebo. Tapi tak lama kemudian: yang pulang kembali lagi, yang dianggap sudah terampil turun ke jalan lagi. Selain panti sosial, di Pondok Bambu juga ada Lembaga Pemasyarakatan Khusus (LPK) yang memproses dan menindak para pengemis sesuai dengan sanksi Peraturan Daerah No.3/1972.

Oktober tahun lalu, razia besar-besaran di Jakarta hanya berhasil menciduk 420 orang pengemis, lebih separuhnya dimasukkan penampungan. Tetapi dana yang terbatas menyebabkan pemerintah tak kuat memberi makan sekian…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

B
BIARLAH SERIBU WARTEG BERKEMBANG
1983-02-05

Ada sekitar 10 ribu warung tegal di jakarta. ciri khasnya, murah dan merakyat, akan tetap…

G
GENERASI SIONG YANG MAKIN PUDAR
1983-04-09

Rokok siong terancam punah, pabrik satu-satunya mati, dan penggemar semakin kurang.

S
SALERO MINANG ATAU PADANG DI...
1983-05-28

Usaha mengembalikan citra restoran minang ke bentuk aslinya, sebagai langkah, dibentuk armindo (asosiasi restoran minang…