Di Kandy, Mengarak Gigi Sang Budha
Edisi: 27/13 / Tanggal : 1983-09-03 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
KANDY, kota kedua terbesar di Sri Lanka, merupakan kota paling rusak dalam kerusuhan rasial yang kini mulai reda di pulau sebelah selatan India itu. Ketika Sri Lanka masih bernama Kerajaan Sinhala, Kandy jadi benteng pertahanan terakhir dari serangan luar. Akhir abad ke-16 (1592), selama tiga abad, Kandy jadi pusat Kerajaan Sinhala, sekaligus pusat kegiatan agama dan kebudayaan. Pada ketinggian 595 meter di atas permukaan laut, tanah Kandy subur untuk perkebunan teh dan karet sumber devisa penting bagi republik pulau dengan 14 juta penduduk itu.
Sumber devisa lain yang tak kurang penting barangkali tersimpan pada peninggalan budaya masa lampau: kuil-kuil kuno, reruntuhan istana, dan kesenian. Inilah yang menarik ribuan wisatawan dari seluruh dunia. Salah satu di antaranya ialah perahera, upacara kuno yang tak begitu jelas latar belakangnya. "Tetapi diperkirakan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi," demikian menurut penulis dan fotograf Alfredo Roces dalam majalah Journey.
Perahera berarti "arak-arak Upacara yang sudah merupakan bagian dalam kehidupan masyarakat Sri Lanka ini, diadakan untuk memperingati suatu peristiwa, atau hari jadi tokoh penting dalam tradisi atau sejarah.
Lebih dari 2.000 tahun lalu, ibu kota Kerajaan Sinhala berada di Anuradhapura. Suatu ketika, Raja Kirthisiri menerima Azimat Gigi Suci Sang Budha, yang diselundupkan ke Sinhala oleh seorang putri raja India. Raja Kirthisiri kemudian memaklumkan, bahwa sekali setahun azimat itu harus diarak keliling kota dalam upacara kebesaran. Itulah, menurut sahibul hikayat asal muasal perahera.
Karena letak Kota Anuradhapura dari segi militer waktu itu tidak menguntungkan, Kerajaan Sinhala terlibat dalam peperangan terus menerus. Keadaan yang sama terjadi ketika ibu kota kerajaan dipindahkan ke Polonnaruwa. Akhirnya dipilihlah Kandy sebagai ibu kota kerajaan. Dan ternyata selama tiga abad ia mampu mempertahankan Kerajaan Sinhala dari serbuan orang-orang Portugis dan Belanda, sampai akhirnya tahun 1815 Inggris menaklukkannya.
Pada mulanya, menurut dugaan, perahera ialah upacara untuk meminta hujan. Tetapi, seperti ternyata kemudian, upacara itu dalam perkembangannya mengundang pula makna sosial dan politik.
Keterangan tertulis paling tua tentang perahera bertarikhkan 414 Sebelum Masehi. Di zaman itu seorang pelanglang-buana Cina terkenal, Fa Hien, singgah di Sri Lanka dalam perjalanannya keliling Asia Tenggara dan Selatan. Ia juga singgah di Kerajaan Sriwijaya, dan menuliskan catatannya.
Menurut Fa Hien, dalam mempersiapkan perahera, seorang lelaki yang bertutur-kata bijak, dan mengenakan jubah kerajaan, didudukkan di atas punggung gajah yang juga berpakaian upacara. Orang ini mengumumkan, "Biarkanlah para pendeta dan orang awam negeri ini, yang berhasrat menunda kebahagiaan mereka, membantu meratakan jalan, menghiasinya, dan menyiapkan bunga-bunga, pedupaan, dan melaksanakan pemujaan."
Pada 1656, pendeta Belanda, Philip Baldeus, yang singgah di Sri Lanka meninggalkan catatan menarik dan terperinci tentang perahera: "Sebelum upacara dimulai," para wanita paling cantik mempertunjukkan lawak dan tari-tarian yang indah. Bagian atas tubuh mereka dibiarkan terbuka sama sekali. Tangan, jari dan telinganya memakai hiasan emas permata. Mereka mengenakan kain beraneka-ragam."
Tahun 1681 di London terbit buku berjudul An Historical Relation of the Island of Ceylon in the East Indies. Penulisnya, Robert Knox, adalah pelaut pada perusahaan East India Company -- VOC-nya Inggris. Tahun 1660 ia ditawan orang-orang Kandy, dan tetap berada di sana selama 20 tahun, sebelum berhasil melarikan diri. Laporannya mengenai Kerajaan Sinhala dan Kandy hingga kini dianggap paling baik dalam kepustakaan sejarah dan kebudayaan tentang pulau itu. Ketika ia di sana, pada tahun 1664 sedang berlangsung arak-arakan perahera yang disebutnya sebagai "pesta para Dewa." Raja yang memerintah ketika itu melarang upacara tadi. Tetapi pada tahun itu juga pecah pemberontakan di kalangan rakyat. "Dan sejak itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…