Tarzan Dari Sibaganding

Edisi: 08/24 / Tanggal : 1994-04-23 / Halaman : 51 / Rubrik : SEL / Penulis : BL


Sembilan tahun keluarga Umar Manik tinggal di hutan Sibaganding, tak begitu jauh dari jalan raya di daerah pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara. Mereka bersahabat dengan segala isi hutan, terutama monyet. Mereka bahkan bisa berkomunikasi dengan kawanan monyet itu. Dengan terompet khasnya dari tanduk kerbau, Manik memanggil sahabat-sahabatnya -- para monyet -- untuk pesta makan kacang. Kenapa Manik memilih hidup di hutan? Wartawan TEMPO mendatangi keluarga yang kini justru jadi aset pariwisata itu. Tottrowtrowuee... Marikkati tuson Hatop mijur tuson Asa mangan hita Tottrowtrowoueee... BUNYI tottrowtrowouee itu adalah suara terompet dari tanduk kerbau yang ditiup Umar Manik, 36 tahun. Suaranya panjang dan melengking tinggi bergelombang. "Ini namanya serunai perang," kata lelaki berambut panjang itu -- dan karena itu sering disebut mirip Tarzan. Serunai perang? Tentu saja tak ada perang di hutan Sibaganding, delapan kilometer dari Parapat di tepi Danau Toba di Sumatera Utara itu. Tetapi mungkin tak berlebihan kalau Manik dijuluki Tarzan Sibaganding karena ia punya hubungan spesial dengan binatang.

Menyusul tiupan terompet yang panjangnya sejengkal itu, Manik pun berteriak ke arah hutan belantara dalam bahasa Batak yang terjemahannya: "Ayo, berduyun-duyun kemari, cepat turunlah ke sini, kita mau makan, lo... tottrowtrowouee...." Itulah yang dilakukan Manik berulang-ulang memanggil ratusan monyet yang berdiam jauh di dalam hutan lebat itu. Urat leher Manik tampak bagai kawat yang menonjol di antara telinga dan bahunya. Maklum, tiupan terompet tersebut rasanya mencapai dua atau tiga oktaf jika dibandingkan dengan dunia tarik suara.

Pada mulanya suara terompet dan teriakan Manik terdengar monofoni (tunggal nada), tetapi kemudian terdengar heterofoni (beragam nada) tatkala ditingkahi jeritan tiga ekor siamang dan lolongan dua ekor anjing peliharaan Manik. Ya, bagaikan musik simfoni alam, bunyi-bunyian yang riuh hiruk-pikuk itu rasanya menggidikkan bulu tengkuk. Tetapi sebaliknya bagi ratusan monyet penghuni hutan Sibaganding seluas sekitar 200 hektare itu. Itu adalah pertanda waktu pesta pora akan tiba.

Benar saja. Setelah simfoni alam tadi meraung selama sekitar 10 menit, perlahan-lahan dahan-dahan dan ranting kayu di kawasan hutan itu tampak bergoyangan. Rupanya, sejumlah monyet berlompatan dari pohon ke pohon. Kemudian dengan sangat lucu monyet-monyet itu menuruni batang pepohonan dan berjalan ke arah suara terompet. Hanya dalam tempo setengah jam, ratusan monyet kini memenuhi dataran rendah tempat Manik digelari orang sebagai "Tarzan dari Sibaganding".

Pesta pora pun dimulai. Pelbagai makanan seperti kacang goreng dan kacang rebus maupun pisang disantap para monyet. Manik dan istrinya, Hamidah, serta lima orang anaknya mencoba seadilnya mendistribusikan makanan itu. Pengunjung juga ikut sebagai partisipan. Ada turis mancanegara, baik dari Eropa, Amerika, maupun dari Asia. Ada juga turis domestik. Semua terlibat dalam pesta sukaria kawanan monyet yang tingkahnya lucu-lucu.

Taman monyet yang jaraknya sekitar satu kilometer -- dengan menyusuri jalan setapak -- dari jalan raya itu kini ikut memperkaya objek wisata Danau Toba. Wisatawan kini tak lagi hanya berkecimpung di danau nan sejuk, atau sekadar menikmati panorama indah, atau menyaksikan pelbagai jenis…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…