Perjalanan Untuk Mati
Edisi: 37/13 / Tanggal : 1983-11-12 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
TAIPEI, 21 Agustus 1983. Pagi yang lembab dan gerah. Begitu lembab dan gerahnya sehingga lelaki itu tidak mengenakan rompinya yang tahan peluru. Hanya setelan safari berwarna krem, pakaian yang juga dikenakannya waktu berangkat dari Manila dalam perjalanan pengasingan, tiga tahun silam. Pada baju itu terdapat tanda 'BSA' - singkatan Benigno Servillano Aquino.
Kini, hampir tiga bulan lewat sejak pemimpin oposisi Filipina itu terbunuh di pintu gerbang tanah airnya sendiri. Kematian yang mengguncangkan dan penuh selingkuh. Tetapi baru belakangan ini catatan perjalanan maut itu dinukilkan kembali, kebetulan oleh orang yang sangat terlibat, Ken Kashiwahara. Ken adalah koresponden kantor berita ABC, Australia, yang berpangkalan di San Francisco, Amerika Serikat. Dan dia adalah suami Lupita, adik perempuan Ninoy. Penuturan berikut ini terjemahan asli dari catatan Kashiwahara itu, yang dituliskannya dalam majalah The New York Times 16 Oktober.
* * *
Kami meninggalkan Grand Hotel, Taiwan, menuju lapangan terbang pada pukul 9.30 pagi waktu setempat. Pesawat China Airlines itu akan berangkat pukul 11.00. Di luar dugaan, perjalanan sangat lancar. Pukul 10.10 kami sudah tiba di bandar udara internasional Chiang Kai-shek.
Tapi kenyataan ini tidak menyenangkan Ninoy. Ia ingin melewati boardinggate pada menit-menit terakhir, dengan harapan orang tidak punya banyak waktu untuk mengenalinya. Karena itu, mobil kami perintahkan berputar-putar di sekitar airport.
Sebelum itu, pagi-pagi, seorang sahabat sudah mengurus tiket dan paspor kami. Ninoy memperhitungkan, di lapangan udara Manila ia akan dijemput para petugas yang akan menggiringnya langsung ke penjara. Karena itu, barang-barangnya memakai label dengan nama saya.
Saya menemui sahabat itu di tengah keriuhan bandar Taipei. Ada kenyataan yang tidak menyenangkan: sebuah pesawat Philippine Airlines juga akan meninggalkan lapangan Chiang Kaishek tepat pada jam yang sama. Dengan hati berdebar saya mengamati keadaan sekitar, mencoba menyidik kalau-kalau ada wajah yang mencurigakan.
Sekitar pukul 10.30 Ninoy menghampiri terminal. Dan kami bergerak menuju pos imigrasi. Ketika itulah saya melihat dua lelaki dengan perlengkapan walkie-talkie. Petugas keamanan ! Mereka memperhatikan Ninoy - bahkan menudingnya.
Tapi kami tak mengalami kesulitan melewati pos imigrasi. Ninoy memakai paspor dengan nama Marcial Bonifacio. Tetapi, segera setelah melewati pos, dua "petugas keamanan" tadi menggiring Ninoy ke sebuah sudut. Saya panik. "Inilah saatnya," pikirku . "la telah dikenali."
Saya bergegas ke sana, dan mendapati Ninoy tenang-tenang saja. Bahkan tersenyum. "Itu tadi komandan garnisun Taiwan," katanya. "Mereka ingin meyakinkan diri bahwa aku baik-baik saja. Coba bayangkan: seorang jenderal. Tapi ada yang sangat aneh. Mereka mengatakan menerima pesan PhilippineAirlines pagi ini. Mereka diminta memperhatikan keselamatanku ."
"Kalau begitu, pemerintahan Marcos sudah tahu," kata saya. "Boleh jadi." Ninoy tidak kelihatan gusar.
Ia memang mencoba merahasiakan rute perjalanan pulang ini - kecuali untuk beberapa sahabat, sanak saudara, dan belasan wartawan. Saya sendiri menyertainya bukan sebagai orang pers, melainkan ipar meskipun, ya, mungkinkah fungsi wartawan dikesampingkan?
Ketika kami tiba di dalam pesawat, para wartawan yang sudah masuk lebih dulu memperlihatkan isyarat lega. Ninoy menempati kursi nomor 14 C, saya kursi 14 B. Saya tidak bisa tenang sebelum pesawat tinggal landas. Sebuah pengumuman yang menyebutkan penundaan keberangkatan selama sepuluh menit, tanpa keterangan lebih lanjut, membuat saya berdebar. Seorang koresponden televisi yang duduk di kelas satu mendatangi kami. Ia menerangkan, pesawat ditunda karena seorang awak terlambat masuk. Toh akhirnya China Airlines dengan nomor penerbangan 811 itu tinggal landas - sekitar pukul 11.15. Begitu roda-roda Boeing 767 lepas dari runway, Ninoy tersenyum. "Well, we made if ! " katanya.
* * *
Saya mengenal penantang Presiden Ferdinand E. Marcos yang paling terkenal itu, pertama kalinya, enam tahun lalu. Saya duduk di kamar yang hingardi Fort Bonifacio, menyaksikan mahkamah militer yang mengadilinya. la didakwa memiliki senjata gelap, membunuh, dan melakukan tindak subversi .
Meski tampak kurus dan lemah - ia kehilangan berat badan 40 pound selama disel seorang diri sejak 1972, dan hampir mati melakukan puasa 40 hari memprotes pengadilan militer yang dikenakan pada perkaranya Ninoy ketika itu tidak kehilangan kelancaran bicara dan daya tariknya yang terkenal. Saya meliput pcrkara itu untuk cerita hak-hak asasi manusia di jaringan kantor berita ABC.
Kami bertemu kedua kalinya pada 1980. Aquino dilepaskan dari penjara untuk menjalani pembedahan jantung di Dallas, dan saya sedang merencanakan perkawinan dengan adiknya, Lupita. Kemudian, selama tiga tahun pengasingannya di Amerika Senkat, saya menemukan kenyataan bahwa Ninoy dalam kehidupan pribadi tidak berbeda dengan Ninoy yang dikenal umum.
la terbuka. Ia menikmati kehadiran para sahabat, pendukung, wartawan, dan tiap kesempatan untuk mendiskusikan berbagai peristiwa terakhir. Setelah para tamu pulang, dan dia sendirian lagi bersama sanak saudaranya, percakapan selalu berkisar pada masalah internasional, khususnya problem-problem yang sedang dihadapi Filipina.
Ingatannya fotografis! la mampu mengutip kejadian politik dan ekonomi berbagai negeri yang luput dari perhatian orang lain. Ia pembaca buku yang rakus. Dan, karena selama di penjara kelaparan ini bisa dipuasi, pengetahuannya semakin luas.
Ia pembicara yang tabah, baik secara bermuka-muka maupun melalui telepon. Karena itulah, setiap ia bermalam di rumah kami, Lupita dan saya sepakat memindahkan telepon ke kamarnya.
Sejak tahun-tahun awal kariernya, tak ada kesangsian pada seorang pun anggota clan Aquino bahwa Ninoy mewarisi darah politik yang diturunkan ayah dan kakeknya. Sang kakek, Jenderal Servillano Aquino, adalah seorang insurrecto termasyhur yang berjuang melawan Spanyol, dan kemudian Amerika pada pergantian abad. Ayah Ninoy, Benigno S. Aquino Sr., adalah senator, ketua parlemen, dan anggota kabinet.
Ninoy sendiri seorang underkind - anak ajaib - di panggung politik Filipina. Sebagai seorang wartawan muda dan utusan Presiden Ramon Magsaysay, ia masuk ke hutan pedalaman Luzon dan membujuk Luis Taruc, pemimpin gerilyawan komunis Hukbalahap, untuk menyerah. Pada usia 22, ia wali kota termuda Concepcion, kampung halamannya. Dan pada usia 28, ia gubernur termuda Provinsi Tarlac.
Di masa jabatan gubernur itulah keturunan salah satu keluarga tertua Filipina ini menikah dengan Corazon Cojuangco, putri pemilik Hacienda Luisita, ladang tebu seluas 18 ribu acre, sejumlah bank, dan beberapa real estate. Di masa itulah, seraya mengumumkan dirinya sebagai "orang kaya radikal", Ninoy membagi -bagi tanah pertanian keluarga Aquino, juga tanah yang dibelinya sendiri, dan memberikannya kepada para petani dan kaum buruh.
Pada usia 34 Ninoy senator termuda di Filipina. Ketika Marcos menangkapnya, tak ada yang sangsi bahwa Ninoy-lah sebenarnya calon presiden negeri itu. Beberapa jam setelah penangkapan, Ferdinand Marcos memberlakukan undang-undang darurat.
Ninoy telah berhasil mengatasi masa pemenjaraan yang tidak bisa dibilang singkat. Ia selamat dari ancaman hukuman mati yang dijatuhkan mahkamah militer pada 1977, tak lain berkat imbauan internasional yang membuat pemerintahan Marcos menunda keputusan itu. Ninoy pun telah melewati pembedahan jantung dengan sehat walafiat.
Ia kemudian masuk Univesitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts. Di sana ia memberikan ceramah, belajar, dan menulis tentang peralihan damai dari kediktatoran ke demokrasi, sembari menyerang rezim Marcos. Ia berkeliling dunia untuk mencari jalan keluar politik bagi negerinya. Berjumpa dengan para pembangkang Filipina, para pemimpin pemberontakan bersenjata Islam dari Filipina Selatan yang sedang mengasingkan diri, dan pihak-pihak yang menang dan kalah dari beberapa revolusi yang silam.
Keyakinannya tercermin…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…