Kelompok Damai Di Angkatan Perang..

Edisi: 40/13 / Tanggal : 1983-12-03 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


UPACARA dua bulan lalu itu diadakan untuk memperingati hampir 4.500 anggota pasukan elite lapis baja angkatan darat Israel yang terbunuh sejak negara itu didirikan. "Peristiwa yang meriah, tapi emosional," tulis Philip Jacobson dalam majalah The Sunday Times, bulan lalu.

Upacara itu dihadiri menteri pertahanan, kepala staf angkatan darat, para perwira senior, dan ribuan orangtua serta sanak saudara yang kehilangan. Di tengah acara pidato, seorang ayah yang kematian dua putranya melemparkan kecaman terhadap para prajurit Israel yang menolak bertugas dalam pasukan pendudukan di Libanon. Ia menyebut mereka "desertir".

Tiada dinyana, beberapa pria berpakaian seragam berdiri di antara para hadirin. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan telak kepada orang tua tadi. Belakangan, mereka menemui para wartawan dan menyatakan keberatan mereka terhadap kritik orang tua itu. "Kendati kami pernah bertempur di Libanon," ujar seorang kopral, "kami tidak setuju pada kecaman keras yang dialamatkan kepada para prajurit yang menolak bertugas di sana."

Hari itu juga, secara kebetulan, prajurit Kobi Peter, yang berusia 25 tahun, dijatuhi hukuman satu bulan penjara militer. Kobi menolak perintah atasannya. Ia meninggalkan kesatuannya yang akan diberangkatkan ke Libanon.

Kobi adalah prajurit Israel ke-100 yang menerima hukuman itu selama tahun-tahun belakangan ini. "Dan, tampaknya, ia bukan yangterakhir," tulis Philip Jacobson. Lebih dari 2.000 orang, yang diharuskan menjalani wajib militer, melakukan tindakan yang sama. Mereka bersama-sama menandatangani petisi sebuah kelompok radikal baru yang menamakan diri Yesh Gvulungkapan Hibrani yang berarti "ada batasnya" .

Beberapa di antara pembangkang ini pernah menjalani hukuman penjara, bahkan ada yang lebih dari sekali. Pemerintah Israel tampaknya berhati-hati menangani persoalan mereka. Di samping memberi tekanan, Tel Aviv juga tidak ikhlas bila masalah ini makin terbuka di mata dunia.

Yesh Gvul ternyata bukan satu-satunya gerakan protes yang harus dihadapi pemerintah Israel dalam urusan pendudukan militer di luar negeri. Setelah perangnya yang pertama dengan Mesir, tidak selamanya kebijaksanaan militer negeri ini bisa diterima rakyatnya. Di antara kelompok itu terdapat "Prajurit Penantang Medali".

Kelompok ini tiada hentinya menghubungi para serdadu Israel yang bertugas di Libanon. Mereka diimbau untuk menolak "pita merah putih biru", yang dikeluarkan pemerintah Tel Aviv guna menandai kampanye "Operasi Damai untuk Galilea". Sudah lebih dari 1.000 prajurityang menyambut imbauan ini. Di antara mereka terdapat Sersan Carlos Weiner, yang pernah dijebloskan ke dalam penjara dan diturunkan pangkatnya satu tingkat.

Ada pula kelompok yang menamakan diri "Jalan ke Perdamaian", didirikan oleh anggota pasukan dari unit-unit keagamaan Yahudi yang pernah beroperasi di Libanon. Kelompok ini mengaku memiliki beberapa ribu anggota dari kalangan masyarakat Ortodoks nasional setempat.

Di antara para wanita, muncul kelompok "lbu-ibu Penantang Kesunyian". Setiap bulan, kelompok ini melakukan demonstrasi pada tanggal enam untuk memperingati pecahnya perang pertama, yang sampai sekarang tetap membuka kemungkinan untuk menyeret putra mereka ke garis depan yang penuh ancaman maut. Sekitar 1.500 wanita menandatangani permohonan untuk "menghentikan kegilaan", dan menuntut dipulangkannya anak-anak mereka dari medan pertempuran.

Kemudian, ada lagi: kelompok "Damai Sekarang" - yang terbesar dan paling terorganisasi dari semua kelompok perdamaian yang ada di Israel. "Damai Sekarang" didirikan oleh 350 prajurit garis depan - banyak di antaranya perwira - pada saat kunjungan bersejarah presiden Mesir Anwar Sadat ke Israel, lima tahun lalu. Sebagai protes terhadap pembantaian penduduk sipil di kamp pengungsi Sabra dan Shatila, Beirut Barat, 18 September tahun lalu, kelompok ini melakukan unjuk perasaan yang diikuti 400 ribu peserta - seperempat jumlah penduduk dewasa Israel.

Jauh sebelum keterlibatan Israel di Libanon, "Damai Sekarang" sudah berhasil menarik simpati para prajurit yang tidak setuju terhadap politik pendudukan negeri itu di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kelompok ini pulalah yang mempersembahkan martir dan simbol pertama melalui demorstrasi di luar kantor Perdana Menteri Menachem Begin di Yerusalem, awal tahun ini. Ketika itu, sebuah granat meledak di tengah-tengah massa yang menuntut pengunduran diri Arik Sharon, menteri pertahan dan arsitek invasi Israel ke Libanon. Ledakan itu membunuh Emile Grunzweig, perwira cadangan para, berusia 33 tahun, yang pernah bertempur dalam Perang Enam Hari dan Perang Yom Kippur.

Orang pertama yang ditangkap polisi dalam peristiwa pelemparan granat itu adalah prajurit tempur Israel, yang berhubungan dengan salah satu kelompok ekstrim sayap kanan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…