Menjaring Korupsi Bestek ; Bestek-bestek Yang Melenceng
Edisi: 51/12 / Tanggal : 1983-02-19 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
RISWAN Sinaga, nampak memelas muncul di Pengadilan Negeri Tanjungbalai, Sumatera Utara, Kamis pekan lalu. Pemborong yang sekali gebrak bisa membeli sepeda motor dan sebuah mobil itu duduk di bangku terdakwa dengan kaki bersandal jepit dan handuk kecil di tangan. Jaksa menuduhnya telah menyelewengkan bestek pembangunan Kantor Departemen Agama Tanjungbalai senilai Rp 49 juta. Atap seng, kaca jendela, fondasi, plafon dan kayu, menurut tuduhan jaksa, diganti oleh Riswan dengan kualitas murahan.
Riswan yang sehari-hari lebih dikenal sebagai pedagang nasi soto di pinggir jalan, nampak sekali tak tahu banyak soal bestek dan bangunan. Ia bekerja sama dengan "orang dalam". Begitu mendapat proyek, ia mengaku menghabiskan Rp 15 juta untuk dibagi-bagikan. Pimpinan proyek, Awar Annas yang merangkap Kepala Kantor Departemen Agama Tanjungbalai, katanya, ia beri hadiah Rp 2 juta. Jumlah yang sama diberikan kepada Wismar A. Batubara, Kepala Dinas PU Seksi Asahan, sedang Bendaharawan proyek Ishak Sirait, kebagian Rp 1,65 juta. Para pengawas dan konsultan proyek, mendapat pula bagiannya.
Riswan, barangkali pemborong pertama yang diajukan ke muka sidang dengan tuduhan menyelewengkan bestek. Padahal Mayjen E.Y. Kanter, Koordinator Opstibpus, yang kini tengah gencar melakukan Operasi Vidya Griya, banyak sekali menjumpai penyimpangan bestek pada bangunan SD Inpres.
Untuk tahun anggaran 1982/1983 lewat Inpres No. 4/1982, dana bantuan pembangunan Sekolah Dasar memang besar sekali: Rp 589 milyar lebih. Tepatnya Rp 589.159.000.000, meski tak seluruhnya untuk membangun dan merehabilitasi gedung SD.
Penyimpangan bestek -- yang berarti merugikan negara -- tak hanya dalam pembangunan gedung SD. "Penyakit" itu nampaknya sudah mewabah, dan dianggap lumrah. Di Sumbawa Besar, misalnya, fondasi Pasar Seketeng hanya digali sedalam 70 sentimeter oleh pemborongnya, sedangkan atapnya dibuat agak rendah. Padahal dalam bestek, yang dibuat kantor PU setempat, jelas disebut fondasi harus sedalam satu meter. Lantai, memang dibuat sesuai bestek, tapi hanya di tepinya saja, sebab bagian itulah yang sering diperhatikan oleh pengawas bangunan. Lantai bagian tengah, cukup menggunakan campuran kapur, pasir dan sedikit semen.
Kepala PU setempat ternyata bisa mentoleransi penyimpangan itu. Sebab, kata Ahmad Zuhri Mohtar -- teknisi dari pihak pemborong -- ia bisa menunjukkan kelemahan gambar rencana Pasar Seketeng, yang kabarnya dibuat seorang tamatan STM. Tanah di situ, menurut Ahmad, cukup padat hingga fondasi tak perlu sampai satu meter. Lagi pula yang dibangun hanya los pasar, bukan gedung bertingkat yang perlu fondasi ekstra.
"Penghematan" yang dilakukan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?