Afrika, Angkatan Yang Lebih Muda
Edisi: 02/13 / Tanggal : 1983-03-12 / Halaman : 37 / Rubrik : SEL / Penulis :
ANAK muda itu, Stephen Peter, datang dari Uganda. Ditinggalkannya negerinya yang kacau-balau untuk menuntut ilmu ke Kenya. Beberapa waktu yang lalu ia lulus dari sekolah percetakan, dan dengan bangga memamerkan ijazahnya kepada rekan-rekan.
Tetapi kegembiraan itu tidak berumur panjang. Kabar buruk segera datang: ia harus segera meninggalan negeri itu, karena masa belajar sudah selesai. Padahal di Kenya sebenarnya tersedia sejumlah lowongan kerja. Di Uganda, mata pencaharian konon sama musykilnya dengan "menghitung pasir di pantai".
Kisah itu memberi gambaran demam frustrasi yang sebenarnya melanda generasi muda Afrika, di tengah benua yang kalang kabut itu - menurut wartawan Times, Alan Cowell, dalam laporan yang dikirimnya dari Nairobi, Kenya. Tampaknya memang jauh dari kita, Indonesia. Tapi cobalah: siapa tahu kita memang punya hal-hal yang lebih baik.
Sudah lebih seperempat abad berlalu, sejak Afrika membebaskan dirinya dari Prancis, Belgia, Portugis, dan Inggris. Beberapa tokoh yang memelopori perubahan besar itu masih hidup dan berkuasa, bagai monumen perang masa silam yang sudah kehilangan relevansinya.
Dan di balik bayangan mereka, muncullah generasi baru dengan latar belakang pendidikan Barat, seolah berdiri terlepas dari segala upacara ritual nenek moyang. Bagi mereka kolonialisme tinggal sebagai sejarah. Namun penerusnya, yaitu dominasi ekonomi oleh kekuatan asing, masih tetap persoalan hangat.
Secara teoritis Afrika memang bjsa melaksanakan segala ambisinya yang dulu dikekang para penjajah. Tapi dalam kenyataan, para penguasa benua itu sekarang tidak bisa diharapkan terlalu banyak dalam menyelesaikan masalah. Di satu pihak kesadaran politik bangkit di antara kaum muda, terutama yang hidup di kawasan urban. Namun di pihak lain, standar hidup berantakan oleh ledakan penduduk dan produktifitas yang macet di banyak tempat.
"Seraya para pemimpin kemerdekaan berusaha memajukan kehidupan sosial, mereka malah menciptakan mimpi buruk Malthusian," kataAlan Cowell. Wartawan ini lalu mengambil Kenya sendiri sebagai contoh.
Negeri itu mempunyai penduduk dengan pertumbuhan rata-rata 4% setahun. Ekonominya parah, sedang luas tanah yang layak digarap untuk pertanian-teknologi-rendah tidak bertambah. Pada 1960, 24 dari setiap 1.000 anak-anak Kenya meninggal sebelum berumur empat tahun. Kini jumlah itu menurun: 13 dari setiap 1.000 anak. Pelayanan kesehatan yang bertambah baik mendorong harapan hidup dari rata-rata 41 tahun menjadi 55 tahun. Akibatnya: angka kepadatan penduduk bertambah tinggi.
Menurut sebuah laporan Bank Dunia, 1981, jumlah penduduk di kawasan ini akan meningkat dua kali dalam 20 tahun mendatang. Dan sementara itu angka kenaikan produksi tidak bisa mengejar laju pertumbuhan itu.
Dalam masa 10 tahun, hingga 1979, produksi pertanian per kapita di kawasan Afrika sub-Sahara turun menjadi 1,3% per tahun. Angka kepadatan penduduk naik menjadi 2,7%. Pertumbuhan menyeluruh dalam ukuran GNP per kapita tercatat tidak lebih dari 0,8%. "Untuk sebagian besar negeri Afrika," kata laporan Bank Dunia itu, "angka ini cukup mengkhawatirkan." Karena itu mereka menilai, "tidak berlebihan bila orang mulai berbicara mengena; krisis. "
Dan krisis itu umumnya terpusat d perkotaan. Pada 1960,11% pendudu Afrika sub-Sahara hidup di kawasan urban. Dua dasawarsa kemudian angka itu naik sampai menjadi 21%.
Sekitar 70 juta orang hidup di kotakota yang dikelilingi slum, daerah gembel dengan kondisi yang tentu saja sangat buruk.
Memang ada isyarat dimulainya sesuatu yang baru di Afrika - seperti yang tampak misalnya di utara Pretoria. Ini adalah semacam perjuangan yang dibangkitkan oleh generasi Afrika yang belum terpukul oleh trauma kolonialisme; mereka yang mendambakan semacam pemulihan, yang ingin mengidentifikasikan dirinya dengan "penebusan" dan 'kebangkitan moral".
Hanya saa, para pemuka generasi ini umumnya tidak menghayati secara mendalam tradisi Afrika sendiri. Juga tidak tahu dengan jelas bentuk perbaikan yang mereka dambakan. Tema umum mereka ialah keinginan untuk sebuah awal yang sama sekali baru, dan usaha mencapai kemajuan di sebuah dunia yang hampir tidak mengajukan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…