Seribu Kembang Sepeninggal Mao
Edisi: 05/13 / Tanggal : 1983-04-02 / Halaman : 46 / Rubrik : SEL / Penulis :
ADA udara baru dalam dunia kesenian di Negeri Cina. Lukisan-lukisan gelap, foto setengah abstrak yang dipajang di pohon-pohon, dansa dengan musik rock, dan berbagai ekspresi pop bagai menjawab kelangkaan variasi dalam kesenian Cina selama ini. Bahkan di sana-sini mulai muncul karikatur tentang Mao Zhedong - tokoh yang selama ini dipandang keramat dan setengah dewa.
"Kami menghendaki demokrasi politik dan kebebasan artistik," seru sebuah perkumpulan yang menamakan dirinya Lembaga Bintang Merah Muda. Dalam lembaga ini berkumpul sekelompok seniman "berpikiran maju" dengan aksi kesenian yang kerap mengejutkan.
Kalangan partai dan pemerintah bukannya tidak menyimak "lagu sumbang" ini. "Reorganisasi menjadi tugas terpenting bagi lembaga-lembaga kebudayaan untuk tahun ini," kata Menteri Kebudayaan Cina, Zhu Muzhi, dalam sebuah rapat partai, Januari lalu.
Dia lalu membicarakan kelompok teater yang berjumlah lebih 3.400 buah di seluruh Cina. Seluruh kelompok itu menampung sekitar 230 ribu karyawan. Menteri Zhu Muzhi mengakui, "banyak karyawan teater itu sebetulnya tidak cakap untuk pekerjaan mereka."
Di samping itu ada setumpuk soal lain. Misalnya, publik yang mulai ogah menonton sandiwara yang begitu-begitu juga. Perkumpulan-perkumpulan teater"memelihara"terlalu banyak anggota, sehingga bisa dinilai sebagai pemborosan.
"Belum semua masalah diungkapkan sang menteri," tulis Daan Bronkhorst dalam majalah Onze Wereld, Maret kemarin. Ia, antara lain, menyebut Zhu Muzhi tak menyinggung keluhan para aktor tentang rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah provinsi untuk masing-masing kelompok teater.
Membengkaknya jumlah dramawan di Cina bukan tak punya latar belakang sejarah. Selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976), panggung sandiwara merupakan tempat bernaung paling aman bagi para seniman. Sebab media ini merupakan alat propaganda partai. Tentu saja cerita yang dipentaskan lakon yang mendukung ajaran Ketua Mao.
Nasib aktor panggung sekarang tak lagi sehebat dulu. Honor yang diterima, menurut mereka, sudah tak sebanding dengan pengeluaran. "Sebetulnya masalahnya tidak serius benar," ujar Bronkhorst. Ia melihat penghasilan para seniman pemerintah itu bisa memang diumpamakan dengan sepiring nasi kering. Tapi kondisi itu tetap lebih baik bila dibandingkan dengan kehidupan para pekerja di pedalaman terpencil.
Setelah hampir empat puluh tahun kesenian Cina tidak boleh beranjak dari dalil yang ditetapkan Mao Zhedong dalam pidatonya di Yenan, 1942, istilah "gerakan kebudayaan", "seni massa", dan "politik sebagai panglima"…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…