Peniup Seruling Dari Bhopura

Edisi: 17/13 / Tanggal : 1983-06-25 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


DUSUN Bhopura tidak tampak berbeda dibanding kampung lain di peluaran New Delhi, India. Dengan berkendaraan mobil bisa dicapai dalam satu jam dari ibu kota. Antara New Delhi dan Bhopura dihubungkan oleh jalan rusak, penuh debu, dan nyaris tanpa pepohonan. Pada musim kering, desa itu penuh lalat dan pikat -- seperti umumnya dusundusun di India.

Hanya satu hal membuat desa ini istimewa. Bhopura adalah "markas besar" para ahli sulap ular India. Tidak sembarang orang bisa sampai ke sana.

Sulap ular itu sendiri, tak pelak lagi, sudah kesohor ke mana-mana. Ia bahkan mungkin bisa dimasukkan sebagai bagian identitas negeri berpenduduk 670 juta jiwa itu -- nomor dua terbanyak di dunia. Begitu terkenalnya, sehingga banyak orang sudah tak acuh akan asal-usul dan seluk-beluknya. Namun Peter Skafte, seorang antropolog Amerika, tak kehilangan rasa ingin tahu. Ia mencoba menyidik "permainan" yang kerap kali menegangkan itu.

Sulap ular sebetulnya bukan permainan baru dan monopoli India. Naskah-naskah piramid Mesir dari zaman Raja Unas telah menyinggung perihal ini. Dan naskah tersebut berasal dari tahun 2350 Sebelum Masehi.

Cerita yang sama bisa pula dijumpai dalam Kitab Kematian, buku Mesir purba yang memuat halihwal persiapan pemakaman jenazah. Tapi dalam kitab Budha Jataka, sulap ular dinyatakan mulai menjadi profesi yang mandiri di India sejak abad ke-3 SM.

Meski sudah berkali-kali menyaksikan permainan ini, orang tetap saja digoda oleh pelbagai pertanyaan. Siapa saja yang berdiri di belakang atraksi yang menakjubkan itu ? Bagaimana hidup mereka sehari-hari ? Motif apa yang mendorong mereka memilih pekerjaan ini?

Di belakang "panggung" pertunjukan mereka, dunia para pesulap ular ini nyaris gelap sama sekali. Antropolog Peter Skafte hampir putus asa ketika berusaha menghampiri kehidupan pribadi mereka. "Para pesulap ular itu ?" sahut seorang penduduk New Delhi yang ditanyainya. "Cari saja mereka di sekitar Red Fort."

Tapi Red Fort hanya sekadar tempat mereka memperagakan kebolehan seperti belasan tempat lain di New Delhi. Mereka sendiri tinggal di mana? "Tidak seorang pun tahu di mana para pesulap ular tinggal," ujar penduduk New Delhi tadi.

Akhirnya muncul juga petunjuk yang membawa Peter ke Bhopura. Seluruh penghuni desa ini mempunyai sangkut paut dengan ular. Mereka, yang terdiri dari 12 anak suku, seperti mengelompokkan dirinya dalam kasta terpisah. Mereka sama sekali tidak bisa disamakan dengan pesulap ular kelas teri yang banyak berkeliaran di kota-kota, yang sebetulnya tidak lebih dari pengemis dengan sedikit tipu daya menangani ular atau reptil lain.

Penghuni Bhopura lebih tepat dinamakan pawang-pawang ular. Mereka seolah-olah dilahirkan untuk terjun ke dalam dunia itu. Mereka memandang pekerjaan ini sebagai seni dan cara hidup. Untuk itu mereka berlatih sejak usia dini.

Mereka tidak hanya sekadar terampil, melainkan benar-benar menghayati segi-segi spiritual pekerjaannya. Dan mereka mempunyai tradisi sendiri. Salah satu kewajiban utama di tengah masyarakat pawang ular ini adalah melestarikan nilai-nilai spiritual dan tradisional tersebut.

Choto Nath mungkin bisa diambil sebagai contoh. Seumur hidupnya ayah tiga anak ini bermukim di Bhopura. Di dalam terataknya yang sumpek, Choto berteduh bersama ayah, ibu, saudara-saudara, anak, dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…