Perjalanan Seekor Kambing
Edisi: 29/13 / Tanggal : 1983-09-17 / Halaman : 76 / Rubrik : PAN / Penulis :
PAGI hari di Pasar Tanah Abang, Jakarta, menjelang IduL Adha. Puluhan kambing turun dari truk dengan mulut mendengus -- lalu satu-satu mengembik. Beberapa ekor di antaranya langsung melahap sampah jalanan. Tapi ada pula yang sempat menghampiri betina di sampingnya -- mengudainya.
Pasar kambing Tanah Abang di hari-hari biasa terletak di bagian belakang pasar, tersembunyi dari jalan raya. Namun, sejak awal bulan ini untuk menyongsong Lebaran Haji, bursa hewan itu pindah ke depan, di pinggir jalan raya, bersatu dengan pedagang kaki lima yang lain. "Satu hari saya bisa menjual 150 ekor kambing. Kalau hari biasa, paling banyak 15 ekor kata Rahmat M. Ijon, 32 tahun, salah seorang makelar kambing di sana, yang biasa mengumpulkan hewan-hewan itu dari beberapa pasar di Gunung Kidul dan Magelang, Jawa Tengah.
Kambing umumnya masih menjadi peternakan rakyat. Di desa, orang memelihara kambing untuk dijadikan semacam tabungan; satu atau dua ekor. Menjelang hari raya di saat harga kambing naik, tabungan itu dipecah. Kambing diserahkan kepada tengkulak yang datang ke desa. Atau dijual sendiri kepada tetangga yang hendak berkurban.
Tentu saja ada peternak yang tidak sekadar memelihara kambing sebagai pekerjaan sambilan. Misalnya Sawi, 35 tahun, di Desa Perak, Kabupaten…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
BIARLAH SERIBU WARTEG BERKEMBANG
1983-02-05Ada sekitar 10 ribu warung tegal di jakarta. ciri khasnya, murah dan merakyat, akan tetap…
GENERASI SIONG YANG MAKIN PUDAR
1983-04-09Rokok siong terancam punah, pabrik satu-satunya mati, dan penggemar semakin kurang.
SALERO MINANG ATAU PADANG DI...
1983-05-28Usaha mengembalikan citra restoran minang ke bentuk aslinya, sebagai langkah, dibentuk armindo (asosiasi restoran minang…