Sebuah Negeri, Banyak Nakoda ; Neraka Libanon
Edisi: 32/13 / Tanggal : 1983-10-08 / Halaman : 12 / Rubrik : LN / Penulis :
JIKA ada berita yang sama kuat getarannya dengan tembakan meriam 16 inci, itulah penyataan Walid Jumblatt, Sabtu lalu. Tatkala gencatan senjata meredakan kecamuk peran Libanon, kejutan Jumblatt menyambar tiba-tiba. Dari Desa Beiteddin, pemimpin Druze itu memaklumkan pembentukan administrasi sipil otonom, untuk kawasan bukit Shouf.
Dicanangkan saat wakil-wakil 12 sekte di Libanon membahas pembentukan pemerintah kesatuan nasional, otonomi itu segera ditafsirkan sebagai awal pemisahan Jumblatt dari Libanon secara de facto. Presiden Amien Gemayel, seusai berkonsultasi tengah malam itu juga dengan PM Shafik Wazzan dan bekas PM Saeb Salam, cuma bisa angkat bahu. Apalagi otonomi itu, yang dituduh berbau makar, dapat dukungan dari Syria.
Akan ke mana Jumblatt? Dan akan berakhir di mana nasib Republik Libanon? Tidak seorang dapat menjawab. Perpecahan negeri itu tampaknya seperti tak terelakkan, hingga seorang pengamat berkomentar, "Uang Arab Saudi ataupun meriam Amerika tidak akan mampu mempersatukan kembali Libanon."
Indah bergunung-gunung, terletak menghadap ke Laut Tengah, Libanon, dengan luas 10.230 km persegi dengan penduduk sekitar 3 Juta Jiwa, memang sudah sejak lama terancam kehancuran. Kemerdekaannya dari perwalian Prancis tahun 1943 juga dianggap mengandung napas kematian yang ditiupkan pelan-pelan. Jika tidak oleh 17 sekte yang selalu cakar-cakaran dl sana, tentu oleh invasi asing, misalnya Syria, Israel, dan PLO. Tidak heran bila Amien berkata, "Gencatan senjata bukanlah sasaran utama. Tujuan kami adalah penarikan semua kekuatan asing dari bumi Libanon ...."
Sebenarnya, pembaharuan itu sudah dicetuskan golongan kiri Islam ejak Maret 1975, ketika meletus perang saudara yang berporos pada konflik Kristen Falangis lawan Druze. Yang terakhir ini memperjuangkan pembaharuan politik, khususnya kesempatan yang sama bagi semua warga Libanon di bidang politik serta penghapusan kecenderungan sektaris di bidang administrasi dan militer. Tuntutan serupa juga dilontarkan tokoh gerakan Syiah Al-Amal, Nabih Berri di Beirut, dan Hussein Moussawi di Baalbek.
"Kami berikhtiar mendapatkan kembali hak-hak kami yang dirampas, membentuk pemeintah nasional yang berimbang, dan membebaskan aparat Libanon dari hegemoni satu sekte atau satu partai," kata Jumblatt menyindir tajam. Bagaikan serangan terbuka, pemimpin 250.000 ummat Druze itu dalam tiap kesempatan berupaya memojokkan Amien .
Presiden Amien Gemayel, yang semula dipandang lebih berorientasi ke dunia Arab, belakangan tampak condong ke AS dan Israel. Dalam 1 tahun masa pemerintahannya, ia tidak segera dapat merangkul banyak sekte di luar partainya sendiri, Kristen Falangis. Memang ini tidak mudah. Tapi adalah Amien juga yang bertindak sebagai arsitek perjanjian damai Libanon…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…