Jalan Baru Di Bekas Perang Candu

Edisi: 32/13 / Tanggal : 1983-10-08 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


EKONOMI RRC mencatat sebuah langkah 'maju'. Negara itu kini memasuki bisnis pemakaman. Jangan kaget. Ini bukan usaha sembarangan, katakanlah semacam joint venture alias patungan. Modalnya ditanamkan oleh para Cina kaya penduduk Hong Kong, lahannya disediakan RRC. Maka mulai sekarang, warga Hong Kong yang meninggal tak perlu lagi berpikir tujuh keliling mengingat harga tanah yang sangat tinggi di koloni Inggris itu. Arwah mereka boleh beristirahat dalam damai, malah di tanah leluhur sendiri.

Bisnis ini merupakan bagian dari Zona Ekonomi Khusus (ZEK), semacam 'jendela' yang dingangakan RRC menghadapi dunia luar. "Merupakan eksperimen mutakhir, ZEK dimaksudkan untuk memancing modal, teknologi, dan keterampilan manajemen asing," kata John J. Putman, penulis senior majalah National Geographic. Putman belum lama berselang menghabiskan waktu lima minggu di kawasan percobaan itu.

Hampir 20 tahun RRC menutup diri dari pengaruh asing, dan bertekad membangun sosialisme dengan cara dan upaya sendiri. Hasilnya tidak menggembirakan. Belakangan, agaknya karena kecewa oleh hasil 'pembangunan' tertutup itu, mereka mengubah beleid.

ZEK berada di pantai tenggara Cina. Daerah ini dirancang menjadi semacam sentrum ekspor dan produduksi,'laboratorium praktek' orang Cina dalam mempelajari gaya ekonomi dunia.

Kawasannya yang paling luas dan paling berhasil ialah Shenzhen, daerah berbentuk naga seukuran 327,5 km2. Berhadapan dengan pantai utara Hong Kong, Shenzhen dengan sendirinya diuntungkan oleh letak geografisnya yang penuh janji. Ada kesan tersembunyi, RRC mengharapan Shenzhen suatu ketika menggantikan Hong Kong sebagai bandar yang ramah dan mendatangkan keuntungan. Beberapa tahun silam kawasan itu tak lebih dari sebuah kota perbatasan yang sepi dan mengantuk. Kini banyak terjadi perubahan.

Debu mengepul di mana-mana. Dan di tengah kemacetan lalu-lintas, sejumlah pekerja konstruksi dengan penuh semangat membangun jalan, menggali parit, menyiapkan lahan, dan menegakkan bangunan pemukiman dan perdagangan. "Wajah pembangunan di sini mirip sebuah potret kuno dari masa lampau," tulis Putman. Batu-batu dipecahkan langsung dengan tangan, bahu kaum buruh dan kereta dorong menggantikan peranan truk. Penggunaan mesin dan peralatan modern sangat terbatas.

Di kantor balai kota bisa disaksikan citra metropolis Shenzhen masa depan. Tampak tiga model untuk daerah perkotaan baru yang direncanakan. "Kota pertama meliputi sebuah stasiun kereta api baru dan sebuah menara 44 tingkat;" kata Sun Jen, salah seorang perencana kawasan itu. Di sekitar menara itu akan didirikan seratus bangunan berlantai 18, tiga puluh di antaranya sedang dikonstruksi .

Kota kedua berikutnya, merupakan pusat kota lama yang akan diubah menjadi kawasan pariwisata dengan gaya Cina tradisional. Kota ini akan penuh kedai, lepau, restoran, dan kaki lima khusus untuk para pejalan kaki.

Kota ketiga sepenuhnya baru luasnya 30 km2, dilengkapi berbagai prasarana, termasuk sebuah sistem kereta api ringan. Kota ini menyediakan perlengkapan permukiman, industri, dan perdagangan untuk penanam modal asing. "Kami juga merencanakan sebuah kompleks kebudayaan dan ilmu pengetahuan, pusat tenaga nuklir, dan super highway enam jalur menuju Guangzhou (Kanton)," tutur Sun Jen berseri-seri.

Pada tahun 2000, kawasan urban ini diharapkan dihuni sejuta penduduk. Ia dipisahkan oleh perbatasan sepanjang 45 km dengan pagar khusus seharga Rp 45 milyar. Terdapat enam pos pengecekan. Di kawasan inilah akan digalakkan berbagai kegiatan gaya Barat. Tetapi para penduduk RRC yang datang ke sini untuk menikmati warna hidup yang lebih menarik akan dicatat dengan cermat. Mungkin untuk membuat semacam statistik, seberapa jauh rakyat menggandrungi 'jalan kapitalis' .

Pembangunan ini sungguh menakjubkan. "Laksana mendirikan sebuah Brazilia baru," ujar seorang penanam modal. Bayangkan: 60 ribu pekerja konstruksi, 34 perusahaan bangunan, dan 14 perusahaan disain dari berbagai wilayah Cina tumplek ke sini untuk 'bekerja sama'.

Pemerintah Kota Shenzhen menyediakan Rp 370 milyar bagi usaha ini. Tetapi jumlah yang lebih besar justru bakal ditanamkan oleh berbagai perusahaan asing tadi. Dalam ukuran rupiah, angka-angkanya meliputi jumlah trilyun.

Sebegitu jauh, sekitar 1.600 kontrak sudah ditandatangani - dan kira-kira Rp 1,5 trilyun sudah ditanam. Sekitar 90% penanam modal itu memang terdiri dari para hartawan Cina Hong Kong.

Di timur Kota Shenzhen terbentang pegunungan, pantai berbentuk bulan sabit, dan jung yang melancar di air tampak ringan bagai sekawan itik. Nah - di lokasi yang permai inilah RRC membuka lahan pemakaman. Bagaimana para orang kaya Hong Kong itu tidak tertarik?…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…