Setelah Resesi Besar Usai

Edisi: 41/13 / Tanggal : 1983-12-10 / Halaman : 77 / Rubrik : KL / Penulis : SADLI, MOHAMMAD


   
KONJUNGTUR rendah yang mencengkeram ekonomi dunia Barat setelah krisis minyak kedua, mulai tahun 1980, oleh beberapa kalangan ahli ekonomi Barat disebut "resesi besar" (the great recession), sebagai bandingan terhadap "depresi besar" pada permulaan tahun tiga puluhan.

Profesor Sumitro Djojohadikusumo menolak menyebut masa konjungtur rendah ini "resesi". Menurut ukurannya, musibah ekonomi dunia ini harus disebut "depresi". Memang keadaan ekonomi yang dialami negara-negara Barat sejak selesainya Perang Dunia II belum pernah begitu parah sepri sekarang ini. Sistem ekonomi negara-negara OECD sering diganggu konjungtur rendah, tetapi penyakitnya ringan dan lekas sembuh.

Sementara itu, ekonomi dunia ini telah mengalami pertumbuhan yang cepat. Perdagangan dunia tumbuh lebih cepat dari laju pertumbuhan GDP, dan beberapa negara yang pertumbuhannya mengandalkan kepada ekspor - seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Brazil- mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekali.

Sejak gejolak minyak pertama, timbul kelompok negara pengekspor minyak bumi, yang ikut meramaikan klub pelari cepat ini. Negara-negara ASEAN, yang kekayaan alamnya besar, juga ikut terangkat laju pertumbuhannya.

Akan tetapi, semua kemajuan besar ini ada biayanya. Negara-negara Barat (Amerika dan Eropa), setelah berhasil menyerap dua pukulan krisis minyak bumi, mengalami kemunduran karena tubuh sosial-politiknya kejangkitan beberapa ketimpangan yang menjadi struktural. Welfare state yang mengandung banyak sekali jaminan sosial, gerakan buruh yang kuat sekali dan berhasil mempertahankan tingkat hidupnya, serta perlombaan senjata dengan Uni Soviet yang tidak dapat dikekang atau diredakan, semuanya ini akhirnya melemahkan daya tahan ekonomi dunia Barat.

Setelah jatuh sakit resesi besar mulai tahun 1980, pada akhir tahun 1983 belum semua negara Barat sembuh. Belum pernah suatu resesi dunia Barat berlangsung begitu lama (2 1/2-3 tahun), dan begitu mendalam (laju pertumbuhan ekonomi negatif serta angka…

Keywords: Efisiensi AnggaranAPBNPresiden SoehartoKrisis EkonomiKebijakan PenghematanMohammad Sadli
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…