Cina Masuk Kampus
Edisi: 49/11 / Tanggal : 1982-02-06 / Halaman : 42 / Rubrik : SEL / Penulis :
SETIAP orang menyimpan kenangan tersendiri setelah mengunjungi Amerika, begitu biasanya. Tapi bagi , Nona Wan Qin. "saat yang paling tidak terlupakan" ialah ketika ia berkenalan dengan hamburger, pizza, dan hot dog. Ahli gizi Cina ini, meninggalkan negerinya dua tahun silam untuk mempelajari ilmu makanan pada Queensborough Community College ia sangat terpukau akan jenis makanan fast food tadi--yang ketika di Beijing sudah diketahuinya melalui bacaan.
Maka kepada rekan-rekannya di Lembaga Riset Makanan Beijing Nona Wang berkirim surat. "Baru sekarang aku melihat dan menyantap makanan itu," katanya penuh rasa bangga. "Bukan main! Sangat lezat!"
Cuma satu hal yang mengganjal Setiap melahap makanan Amerika itu, perutnya sakit. Namun Wang tak undur. "Semoga sakit perut ini disebabkan oleh perubahan waktu, bukan lantaran makanan tadi," katanya dalam surat untuk rekan-rekan di tanah air.
Wang Qing adalah satu dari 6.500 mahasiswa Republik Rakyat Cina (RRC) yang kini mencicipi hidup di Amerika untuk pertamakali. Banyak orang seperti dia mula-mula tidak kerasan tinggal di negeri yang dulu dituding "imperialis nomor satu di dunia" itu.
Beberapa di antara mereka kemudian mudah menyesuaikan diri. Tapi tak sedikit yang tetap menyendiri, bagai sengaja menyisih dari hingarbingar masyarakat Amerika.
Sekitar empat tahun lalu masih sulit mencari 'anak-anak Mao' di Amerika. Tapi setelah itu, rombongan ahli dan mahasiswa mulai berdatangan. "Mereka mempelajari segala-galanya." tulis Jan Wong dalam The New York Times Magazine -- "dari ballet sampai fisika nuklir, sampai resesi kapitalis."
Selama berada di sana, banyak hal mereka alami. Misalnya menyaksikan pemilihan presiden Amerika Serikat atau membuktikan bahwa hot dog sebetulnya tidak diramu dari daging anjing. Di sanasini, mereka juga memperoleh kesempatan menjadi korban kejahatan kota besar--seperti halnya penduduk yang lain.
"Pelajaran yang mereka petik di negeri ini, dan perubahan pandangan mereka mengenai Cina sangat besar pengaruhnya di masa depan," kata Jan Wong. Sebagian besar mahasiswa ini akan memegang jabatan berpengaruh di negerinya, tatkala Partai Komunis Cina lebih mementingkan tenaga ahli ketimbang fanatikus politik.
Dan hal itu dibenarkan Sidney Rittenberg, seorang Amerika yang bermukim di Beijing lebih 30 tahun, kini penasihat pada Akademi llmu Sosial Cina "Para profesional dan akademisi kini berada di sana (Amerika) dengan rasa ingin tahu yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Sidney. "Merekalah yang mempunyai peluang besar untuk mengambil alih pucuk pimpinan dari tangan para birokrat tua."
Sayangnya, tidak banyak mahasiswa Cina itu mengetahui akar sejarah "semangat belajar ke Amerika" ini. Lebih seratus tahun silam, pada 1872, adalah Dinasti Qing yang pertama kali mengirimkan rombongan pemuda secara tetap ke Amerika. Terdiri dari 30 orang, rombongan itu bermukim di AS selama 15 tahun.
Tujuannya sama dengan pemerintah sekarang, yaitu "menuntut ilmu Barat". Lantaran terus-menerus dibombardir golongan konservatif yangogah westernisasi, pada 1881 program itu macet. Namun hasilnya sudah bisa dilihat. Di kalangan berpengaruh Cina--zaman itu--terbentuk kelompok yang bersimpati terhadap Amerika.
Kini, selain 6.500 mahasiswa di Amerika Serikat, Cina juga mengirim orang-orang mudanya ke berbagai perguruan tinggi Inggris, Prancis, Jerman Barat, dan Jepang. Sekedar bahan pe!bandingan: dalam periode 1950-1963, hanya 8.000 mahasiswa Cina belajar di Uni Soviet dan negerinegeri Eropa Timur. Sebaliknya, sekarang, di seluruh Amerika hanya terdapat sekitar S0 orang mahasiswa Rusia. Dan tak sebiji pun mereka bisa ditemukan di negeri Cina.
MAHASISWA Cina itu sekarang berada hampir di seluruh pelosok AS. Mereka memasuki lebih dari 160 universitas dan college, terutama di New York, California, Wisconsin, Pennsylvania dan Massachusetts. Di Kota New York saja bermukim 500 lebih.
Hebatnya, tak sedikit nahasiswa itu anak orang besar di kampung halaman. Di antaranya terdapat putra Menteri Luar Negeri Huang Hua, yang sudah menginjak tahun ketiga di Harvard. Seorang putri Deputi Perdana Menteri ada di Brandei. Direktur Akademi Ilmu Pengetahuan Cina bahkan tidak kepalang tanggung. Ia sekaligus mengirim putri dan cucu lelakinya ke sebuah universitas di New York.
Tokoh Partai rupanya tak mau ketinggalan. Song Renqiong, Kepala Departemen Organisasi Partai Komunis Cina (PKC) juga mengirim beberapa anaknya ke Amerika, sekalian dengan pasangan mereka masing-masing. Maklum lagi kuasa.
Bagaimanapun, kesan anak-anak ini mengenai Amerika tentu mempengaruhi orang tua mereka. Beberapa anak itu terus terang mengaku mengharapkan "warisan kekuasaan" suatu ketika.
Pada Januari 1980, tibalah seorang mahasiswa 'VIP' yang sangat menarik perhatian.-Kurus jangkung, 30 tahun, ia mengenakan kaca mata model Cina berbingkai plastik, yang hampir menutupi seluruh matanya. Mahasiswa itu bernama Deng Zhifang, putra Wakil Perdana Menteri Deng Xiaoping.
Menempuh program doktor untuk jurusan fisika di…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…