Mencari Lindungan Datuk Musa

Edisi: 52/11 / Tanggal : 1982-02-27 / Halaman : 61 / Rubrik : SD / Penulis :


MENGADU nasib di negara tetangga, Malaysia, makin memikat tenaga-tenaga kerja dari Indonesia. Tetapi tak sedikit yang datang secara gelap. Mereka ditangkap, diadili dan dipenjarakan. Bahkan diperlakukan dengan cukup kasar.

Salah satu pembicaraan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Musa Hitam, dengan pejabat-pejabat Indonesia ketika berkunjung ke Indonesia pekan lalu, adalah tentang pengiriman tenaga kerja itu. Bahkan kepada Presiden Soeharto, seperti dikatakan Datuk Musa sesaat setelah bertemu dengan Kepala Negara RI, diminta agar persetujuan mengenai tenaga kerja itu segera ditandatangani.

Perkebunan-perkebunan besar dan proyek-proyek pembangunan di negara tetanga itu memang salah saru penyedot buruh Indonesia. Dengan upah yang lebih baik dibanding dinegeri sendiri, dan dengan berbagai cara, tenaga-tenaga kerja dari Indonesia mengalir ke sana. Dan cara yang paling gampang dan paling banyak dilakukan tentulah dengan masuk secara gelap --satu hal yang tentu saja menyalahi ketentuan di negara itu.

Buruh-buruh gelap, alias pendatang-pendatang haram itu, ternyata tak sedikit. Tak terkecuali di antaranya adalah para pencoleng. Keadaan serupa itu rupanya merepotkan kepolisian Malaysia. Razia dilakukan hampir setiap hari. Pendatang-pendatang yang tak memiliki surat-surat lengkap, ditahan, diadili dan dipenjarakan atau dipulangkan.

"Tetapi akhir-akhir ini razia semacam itu sudah agak berkurang; kecuali jika ada kasus pencurian, perkelahian, perampokan yang diduga dilakukan orang Indonesia," ungkap Yusuf, pemuda Tapanuli yang kini bekerja di salah satu perkebunan di Johor. Oktober lalu, misalnya, beberapa orang kaya di Johor kena rampok. Pelakunya ternyata orang Indonesia. "Akibatnya sekitar 500 orang pendatang haram, walaupun tak terlibat, ditangkap," kata Yusuf lagi. Orang-orang Indonesia itu kebetulan sedang berkeliaran di Kota Tinggi, Johor, asal dan kota-kota lainnya.

Setelah bebas dari penjara, nasib pendatang haram itu belum tentu untung. Mereka sering dikeluarkan dari Malaysia secara diam-diam dengan perahu-perahu kecil. Biasanya, deportasi diam-diam itu hanya membawa 4-5 orang. Tapi 7 November tahun lalu, kedatangan 45 pendatang haram dari Malaysia di Tanjung Sekedi, ujung timur Pulau Bengkalis Riau, cukup mengagetkan.

Tengah malam, mereka diturunkan dari tongkang yang mengangkut mereka dari Johor. Dalam keadaan lapar mereka -- termasuk seorang anak berumur 12 tahun dan seorang wanita--harus mengarungi laut setinggi leher beberapa puluh meter dari pantai. Hanya pakaian yang melekat di tubuh yang terbawa. Untung mereka segera ditolong penduduk setempat. Kejadian serupa terulang pula beberapa hari kemudian, dialami 100 orang Indonesia yang tertangkap di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…