Orang-orang Kaya El Salvador

Edisi: 06/12 / Tanggal : 1982-04-10 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


PENYEBERANGAN dari San Salvador -- ke Kota Guatemala sudah merupakan acara perjalanan mingguan bagi Francisco Schmidt Enriquez. Berbeda dengan anggota kelompok elite El Salvador lainnya, yang berduyun-duyun mengungsi ke luar negeri, Francisco dengan tabah bertahan di tanah air yang sedang diumbang-ambingkan kerusuhan tak berkesudahan.

Setiap Jumat pagi, Francisco (bukan nama sebenarnya) yang berperawakan langsing gesit itu menyarungkan pistol Colt 45 di pinggangnya, dan bergegas ke mobil Jeep wgoneer yang sudah menantinya di pintu keluar. Seorang sopir yang setia sudah menunggu lelaki 38 tahun itu. Begitu pula seorang pengawal pribadi yang bersen jata.

Kecuali seorang pembantu rumah tangga, tak ada yang menemani Francisco di rumah besar dengan tujuh kamar tidur itu. Keluarganya, termasuk istri, orangtua dan anak-anaknya sendiri, sudah pindah ke Kota Guatemala lebih setahun lalu. Harta yang berharga juga sudah diselamatkan ke kota tersebut.

Francisco sendiri sudah berniat menjual rumah yang lengang itu. Tapi pemukiman elite bertembok yang terletak di San Benito tersebut mengalami kenaikan harga gila-gilaan la mengurungkan niatnya -- paling tidak untuk sementara waktu.

Mobilnya yang kukuh dilapisi baja tahan peluru seberat 1.600 pon. Meluncur kebarat di Jalan Lintas Pan-American, menuju kawasan kopi di daerah Pegunungan Santa Ana, tempat keluarga besar Francisco memiliki perkebunan dan penggilingan kopi. Dengan pemilik lainnya berada di luar negeri, tugas mengawasi perusahaan itu tertanggung ke pundak Francisco seorang.

Di pinggiran kota, Francisco melewati daerah proyek perumahan yang dibangun pemerintah. Disediakan bagi sekitar 450 keluarga berpenghasilan rendah, proyek ini dipercayakan para penguasa El Salvador kepada perusahaan konstruksi milik keluarga Francisco.

Tadinya, dalam keluarga itu memang sudah ada semacam pembagian kerja. Saudara Francisco mengurus bisnis keluarga semacam perusahaan konstruksi tadi. Sedang Francisco sendiri, seorang agronomis terlatih, dipercayai mengelola perkebunan. Kopi adalah sumberpertama keberuntungan keluarga besar itu -- dan tulang punggung ekonomi El Salvador sampai sekarang.

Setiap mengunjungi penggilingan kopinya, Francisco merasa lebih aman dengan pistol di pinggang. Akhir-akhir ini kesetiaan pada buruh dan karyawan di negeri itu sudah tak bisa diandalkan seratus persen oleh para majikan.

Para pekerja di kilang kopi Francisco menerima upah Rp 2.600 sehari - termasuk tinggi untuk El Salvador. Tapi dalam kunjungan terakhir, manajernya membisikkan berita tak sedap kepada Francisco. Acara kerja minggu itu berantakan, gara-gara munculnya segerombolan gerilya, entah dari sayap mana. Mereka memaksa para buruh dan karyawan mendengarkan pidato, lalu bergitar-gitar sembari mendendangkan "lagu-lagu revolusioner".

SANG manajer cuma bisa mencatat kejadian itu dalam agenda, seolah-olah merupakan peristiwa bisnis. Dan Francisco sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Ya, begitulah memang El Salvador sekarang ini.

Francisco biasanya tiba di perbatasan Guatemala sekitar penghujung tengah hari. Ia meninggalkan pistolnya pada sopir dan pengawal di mobil, berurusan 10 menit dengan para petugas perbatasan, kemudian meloncat ke sebuah mobil Subaru yang sudah menunggu di seberang sana bersama seorang sopir lain.

Lega rasanya berada di luar tanah air -- perasaan yang sebetulnya aneh bagi orang yang tak mengalami huru-hara El Salvador. Perjalanan menuju Kota Guatemala tak begitu jauh. Dengan mata setengah terpejam Francisco sudah bisa membayangkan makan malam yang lezat segera setelah senja jatuh. Berbeda dengan di negerinya sendiri, di Guatemala ia bisa ke restoran dan bioskop tanpa memikirkan seorang pembunuh di belakang punggung.

Perjalanan Francisco itu -- dengan pengawalan bersenjata dan mobil berlapis baja, melintasi pedalaman El Salvador --menceminkan keresahan yang melanda kelas tertentu negeri itu sekarang. Sampai dua tahun lalu, tak ada yang bisa membuat khawatir kalangan ini - kecuali harga pasaran kopi internasional.

Francisco hanya sebuah contoh keluarga cabang atas El Salvador dengan solidaritas dan kesetiaan kelompok yang tangguh. Mereka hisa dikenali dari nama-namanya: de Sola, Llach, Hill, Duenas, Dalton, Regalado, Quinones dan Salaverria. Itulah "beberapa ribu orang di negeri berpenduduk hampir 5 juta, yang membentuk oligarki El Salvador," kata Paul Heath Hoeffel dalam tulisannya di The New York Times Magazine, September tahun kemarin. Selama ini Hoeffel memang rajin menulis perihal Amerika Latin.

Hampir semua anggota kelompok ini sudah menyelamatkan diri ke negeri asing, terutama ke Kota Guatemala dan Miami. Negeri-negeri ini menyambut mereka dengan hangat, mengucapkan selamat datang dan membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya. Banyak orang percaya mereka tak lagi berselera pulang ke El Salvador, kendati di kampung halaman mereka masih memiliki perkebunan kopi dan bank. "Perang revolusioner telah menghancurkan dunia mereka di sana," tulis Hoeffel.

Tapi ada juga yang meramalkan kelompok ini masih punya harapan mudik. Terutama para pencinta garis keras politik pemerintah Ronald Reagen. Dari negeri pengasingan masing-masing, anggota kelompok oligarki ini mengamati pembunuhan dan ekonomi El Salvador yang sedang bangkrut, sambil tetap berharap dapat menuntut kembali hak milik mereka yang kini terlantar dan menghuni lagi rumah-rumah mereka yang bertembok tinggi.

Sama seperti 'las catorce familius (keluarga yang 14), 'oligarki' adalah istilah yang tak disenangi elite El Salvador yang sedang memerintah -- kendati mereka sendiri menggunakan istilah itu di mana-mana "la berbeda dengan aristokrasi, yang juga kami punyai," tutur Jorge Sol Castellanos, oligark tua berusia 66 tahun -- dan bekas menteri ekonomi. "la dinamakan oligarki karena keluarga-keluarga ini memiliki dan mengelola hampir segala yang bisa dijadikan uang di El Salvador." Bisnis kopi telah melahirkan oligarki ini, dan "sejak itu pertumbuhan ekonomi berkisar di sekitar mereka."

Menurut Sol -- bekas direktur eksekutif Dana Moneter Internasional yang kini bermukim di Washington sebagai konsultan ekonomi -- terdapat sekitar 20…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…