Latihan Teknis Teringat Lagi

Edisi: 06/12 / Tanggal : 1982-04-10 / Halaman : 64 / Rubrik : OR / Penulis :


TAK ada lagi kalungan bunga untuk tim bulutangkis Indonesia. Di bandar udara Halim Perdanakusumah, 25 Maret sore, rombongan Liem Swie King yang tiba kembali dari All England disambut oleh segelintir teman dan keluarga mereka saja. Rudy Hartono satu-satunya pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang hadir di sana.

Siapa mau peduli? Tim itu kalah. Dan inilah pertama kalinya, sejak 1968, tim bulutangkis Indonesia pulang dari All England tanpa memboyong satu pun gelar juara. Dan baginya, ini adalah pukulan ketiga -- sesudah turnamen bulutangkis di Swedia dan Denmark -- dalam tcmpo dua pekan.

Kegagalan berantai itu telah mengubah citra Indonesia. Sekarang bukan lagi pemegang tunggal supremasi dunia. Indonesla tadinya memang paling unggul di lingkungan International Badminton Federation (IBF).

Sebab-sebabnya, kata bekas pemain nasional Eddy Yusuf, latihan teknis telah diabaikan. "Mana ada di pelatnas sekarang pelatih khusus yang memberikan petunjuk kapan seorang pemain harus melakukan smash, dropshot, dan sebagainya." Ia menyarankan dalam masa persiapan satu bulan lagi menghadapi Piala Thomas, perimbangan porsi latihan teknis dan fisik harus diusahakan 75 banding 25. Dulu perhatian lebih diberikan pada latihan fisik.

Sejak kalah melawan Malaysia (3-6) dalam Piala Thomas 1967, Indonesia memang mencoba pola permainan baru yang disebut: speed and power. Gaya ini mengandalkan kecepatan dan kekuatan. Sampai 1980 tak ada lawan yang berkutik dibuatnya. Tak heran bila latihan di pelatnas diutamakan untuk membentuk kekuatan fisik atlet.

Pola permainan yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan ini kemudian ditiru lawan. RRC dan Malaysia bahkan sudah menambahkannya dengan ketrampilan dan serve. Hampir semua pemain Indonesia terperangkap oleh pukulan pelintir pemain kedua negara tersebut.

Kehebatan pukulan pelintir ini, menurut Ruth Damayanti, arah bola sukar ditebak. "Ditubruk, bola bisa melenceng atau menyangkut di jaring. Dipukul peIan bola melambung tanggung. Pokoknya serba salah, deh," katanya. Ruth dan Verawaty, pasangan ganda yang diandalkan, adalah satu-satunya finalis Indonesia di All England 1982, tapi dikalahkan oleh pasangan RRC Wu Dixi/Liu Ying 15-8 dan 15-5.

Rudy Hartono, setelah ditunjuk menjadi ketua bidang pembinaan PBSI, memang melihat masalah teknis perlu dibenahi segera. "Resep saya adalah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…