Monarki Marxis Pertama Di Dunia
Edisi: 17/12 / Tanggal : 1982-06-26 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
SESUATU yang musykil agaknya sedang berlangsung di sisi utara Korea -- setidak-tidaknya kalau beberapa sumber yang menulis mengenai negeri itu bisa dipercaya. "Kim II-Sung's Chosen (Korea-nya Kim II-Sung) kini merupakan wilayah ajaib yang tak dapat disamakan dengan negeri mana pun di dunia," demikian sebuah artikel di Korea Herald, awal April 1982.
Tulisan itu bagian pertama artikel bersambung, dipetik dari Secrets of the North Korea Dynasty: True Biography of Kim II-Sung (Rahasia Dinasti Korea Utara: Riwayat Hidup Sesungguhnya Kim II-Sung). Buku ini ditulis seorang bekas pemuja sang marsekal, yang kemudian melindungkan diri ke Uni Soviet. Menggunakan nama samaran Lim Un, pada 1940-an ia bersama-sama Kim bahu-membahu di Khabarovsk. Biografi itu sendiri terbit pertama kali dalam bahasa Jepang di Tokyo.
Arkian, menurut Lim Un, di Korea Utara kini tak bisa lagi ditemukan seorang Kristen atau Budhis. Tukang ramal tak diberi hak hidup, konon pula para dukun dan ahli santet.
Semua penduduk menggunakan pakaian dari bahan dan warna yang sama, buatan sebuah pabrik yang sudah ditunjuk negara. Kaum perempuan hanya diperkenankan menata rambutnya dalam satu gaya. Ukuran panjang rambut para pria juga sudah ditetapkan negara.
"Setiap orang membutuhkan izin istimewa untuk sekedar menjenguk orang tuanya yang tinggal di desa berhampiran," kata Lim Un. "Sama sekali tak ada kebebasan memilih pekerjaan, sekolah, rumah maupun pemukiman." Lalu? "Masih ada kesempatan hidup, berjuang, bekerja, dan menikmati sistem yang diciptakan untuk kemuliaan sang Pemimpin Besar -- Kim II-Sung."
Para dubes negara asing, yang baru tiba di Pyongyang, pun kabarnya ikut runyam. Sebelum menyerahkan surat-surat kepercayaan mereka diwajibkan menjalani pemeriksaan darah. Kim II-Sung sangat khawatir para diplomat itu mengantarkan penyakit menular.
Sekarang ini, konon, partai-partai politik yang ada di Korea Utara tak lebih dari sekedar nama. Ambil umpamanya Partai Demokrasi, atau Partai Chongu. Tadinya masing-masing partai itu dikecapkan sebagai tempat berhimpun umat Kristen dan para penganut kepercayaan chondogyo alias "jalan sorgawi" Nyatanya, "tak sebuah gereja atau kelenteng tampak di Korea Utara sekarang ini." Pastor dan biarawan sudah lama lenyap, bagai ditelan bumi. Sebagai gantinya, disodorkan "agama" baru yang bernama Juche --ciptaan Kim Il-Sung Menampik "agama" baru ini sama dengan mengundang mara bahaya untuk diri sendiri.
Para pemeluk Juche tak perlu berpikir tentang "kehidupan sesudah mati". Mereka justru sedang berada di "sorga dunia yang disinari matahari gilang-gemilang Pemimpin Besar Kebapakan" -- siapa lagi kalau bukan Kim II-Sung.
Di bawah Juche pula, semua karya seni harus dipersembahkan ke hadirat sang Pemimpin Besar. Para seniman seniwati wajib terus-menerus menaikkan puji-pujian, bahkan untuk para nenek-moyang Kim yang tak pernah mereka kenal. Kim II-Sung sendiri berkata dalam salah satu tulisannya, "hendaklah karya sastra dan seni ditempatkan dalam usaha menciptakan masyarakat sosialis dan perjuangan revolusioner."
Kim memang tak memperkenankan munculnya nama lain dalam tindakan "kepahlawanan revolusioner" Kalau toh terpaksa ada peran lain, nama tokoh tersebut harus disamarkan. Di luar Kim semua pahlawan lain harus menyingkir -- dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…