Sengketa Kaku & Fuku Di Gunung Monyet

Edisi: 35/12 / Tanggal : 1982-10-30 / Halaman : 12 / Rubrik : LN / Penulis :


MUSYAWARAH sudah dinyatakan selesai menjelang tengah malam, tapi baru Jumat dinihari PM Zenko Suzuki meninggalkan kantor pusat Partai Demokrasi Liberal (LDP). Perundingan segitiga antara PM Jepang itu dengan Fukuda dan Sekjen LDP Susumu Nikaido gagal. Dari empat calon kuat Nakasone, Komoto, Abe dan Nakagawa, tidak seorang pun mendapat dukungan mutlak untuk menjadi Presiden LDP mengganti Suuki. Ini berarti Jiminto --demikian nama Jepang untuk LDP-harus menyelenggarakan pemilihan pendahuluan, yag melibatkan 1.040.000 anggota dan berlangsung satu bulan lamanya.

Sebenarnya sejak awal pekan silam sudah tercapai kesepakatan di tingkat kelompok, pimpinan kelompok ataupun tingkat sesepuh dalam tubuh LDP untuk mensukseskan musyawarah dan sedapat-dapatnya menghindarkan pemilihan. Kenyataan ini agaknya menggembirakan. Bahwa akhirnya gagal, orang pun bertanya-tanya, "LDP tersandung di mana?" Menurut Seiichi Okawa, wartawan TEMPO di Tokyo, musyawarah terbentur pada sebuah usul luar biasa. Dalam usul itu Yasuhiro Nakasone dari kelompok Nakasone dicalonkan sebagai PM, dan Fukuda dari kelompok Fukuda sebagai Presiden LDP.

Nampaknya usul ini berusaha mencari jalan tengah, apalagi karena tiga calon: Toshio Komoto, Ichiro Nakagawa dan Shintaro Abe menyetujuinya. Tapi pihak Nakasone menolak. Alasamya masuk akal: jika fungsi Presiden l.DP dan PM Jepang dipisahkan, kewajiban politik akan menjadi tidak jelas, bahkan ada kemungkinan kabinet dan partai pecah. Sampai detik akhir sikap Nakasone tidak dapat dicairkan hingga musyawarah dinyatakan gagal.

Seperti diketahui selanla 27 tahun LDP tampil sebagai partai berkuasa dengan mayoritas (420 wakil) di Majelis Rendah, khusus periode 1980-1982. Tapi mayoritas ini sejak lama terancam perpecahan, suatu hal yang katanya bukan baru dalam kehidupan politik di Jepang. Sebab utama terletak pada kenyataan bahwa orang Jepang condong mengabdi pada pimpinan individual ketimbang ideologi partai. Kenyataan ini dalam perkembangan selanjutnya semakin mengancam keutuhan partai.

Perpecahan jadi semakin tajam karena para pemimpin kelompok berseteru habis-habisan dari tahun ke tahun. Pada awal 1980 ketika Masayoshi Ohira menjabat PM, popularitas LDP merosot sedemikian rupa, hingga partai itu disindir sebagai mayoritas yang setipis silet. Lewat pemilihan serempak untuk anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi, Ohira berhasil memperkuat posisi LDP di kedua lembaga legislatif itu, tapi strategi yang jit'u ini telah dibayar mahal: Ohira tiba-tiba meninggal di rumah sakit dan LDP tercemplung dalam krisis kepemimpinan yang terparah sejak partai ini berkuasa tahun 1955.

TERPILIHNYA Zenko Suzuki waktu itu yang amat kurang dikenal, baik di dalam maupun…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…