Mundurnya Ekspor Minyak Bumi: ...

Edisi: 48/11 / Tanggal : 1982-01-30 / Halaman : 23 / Rubrik : KL / Penulis : SADLI, MOHAMMAD

PEMBANGUNAN dan pertumbuhan ekonomi selama dasawarsa tujuh puluhan telah banyak dibantu oleh perkembangan di sektor minyak dan gas bumi. Tingkat produksi naik.

Angka pertumbuhan GDP sektor pertambangan, yang dirajai oleh minyak bumi, selamamasa Orde Baru (1966-1980) adalah 9,5% setahun dalam ukuran riil--artinya lepas dari kenaikan harga, dan hanya mengukur perkembangan volume dikalikan harga-harga tahun 1973. Untuk dasawarsa tujuh puluhan angka pertumbuhannya lebih rendah, yakni 7,8 % setahun. Selama Pelita I (1969-1973) 16,5%, selama Pelita II (1973-1978) 4,8 %; tetapi babak pertama Pelita III (1978-1980) mengalami pertumbuhan negatif, yakni -0,7% rata-rata setahun.

Dalam angka-angka pertumbuhan, sektor pertambangan ini masih termasuk pertambangan mineral, seperti nikel, tembaga, bauksit, timah, dan sebagainya, tapi kecenderungan umum mengenai perkembangan minyak bumi adalah sama.

Dari deretan angka ini tampak menurunnya laju pertumbuhan tingkat produksi, tetapi tidak nampak penearuh kenaikan harga yang besar yang dialami oleh sektor ini. Kesan umum yang kuat dari deretan angka itu adalah bahwa hasil eksplorasi dan produksi minyak bumi sementara ini sudah mulai jenuh, sudah peaking-out. Ini mudah-mudahan merupakan kecenderungan sementara, tetapi hari depan memang penuh dengan teka-teki, baik yang meliputi segi potensi produksi, maupun mengenai pasar dan harga.

Dari segi potensi produksi ada dua skenario, yang optimistis dan yang tidak terlalu optimistis. Pandangan yang optimistis memperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia sekitar 50 milyar barrel. Kalau setiap tahun dikuras 500 juta barrel (ekuivalen dengan 1,36 juta barrel…

Keywords: -

---

Foto Terkait