Catatan Harian Ahmad Wahib
Edisi: 48/11 / Tanggal : 1982-01-30 / Halaman : 50 / Rubrik : AG / Penulis :
ADA yang mendenyut secara diam-diam. Di pusat-pusat kalangan Islam, khususnya lingkungan mudanya, buku Pergolakan Pemikiran Islam -buah tulisan almarhum Ahmad Wahib yang diterbitkan LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) --ditanggapi dengan ramai. Media massa sendiri, khususnya yang Islam, sudah lebih dulu memuat berbagai reaksi.
Termasuk beberapa surat yang meminta buku tersebut dicabut dari peredaran --juga di koran seperti Kompas atau majalah TEMPO Terakhir pula muncul karangan Prof. Dr. H.M. Rasjidi serentah di majalah-majalah Kiblat dan terutama Panji Masyayakat yang dibaca luas. Isinya menjotos buku tersebut-lewat serangan kepada orang-orang yang berdiri di belakangnya.
Gaung persoalannya memang tak begitu meruyak di permukaan. Namun cepatnya buku tersebut laku--dan habis --menarik minat para pengamat. Dalam waletu hanya tiga bulan, cetakan kedua sudah pula diterbitkan--dengan penaikan oplah dari 5.000 menjadi 10.000.
Tak heran: di Masjid Al Azhar Kebayoran Baru, Jakarta, poster buku tersebut dipasang dan bukunya turut dipajang di meja penjualan setiap Jumat. Juga di Masjid Arief Rahman Hakim di kompleks UI Salemba. Di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, tempat Prof. Rasjidi menjadi imam besar, beberapa belas jilid PPI tersebar di kalangan remaja. Pro dan kontra sendiri ada terdengar di dalam dan sekitar masjid.
Di IAIN Jakarta, Ciputat, diadakan dua diskusi formal--satu di kalangan dosen dan satu lagi mahasiswa. Juga di Yogya. Rasjidi sendiri menugasi para mahasiswa program pasca-sarjana IAIN menulis risalah tentang PPI. Di kalangan cabang HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Yogya sendiri, tempat Ahmad Wahib mula-mula muncul sebagai eksponen pada dasawarsa 60-an, diskusi diadakan bulan November -- dihadiri Johan Effendi, teman seperjuangan almarhum dan salah satu penyunting PPI. Johan juga terlibat diskusi umum di rumah seorang sponsor--dan kemudian di lingkungan yang sama di Sala. Panel diskusi masih perlu diadakan lagi oleh HMI Yogya, Desember.
Juga di kalangan Muhammadiyah di kota yang sama. Di sini masalah yang dikemukakan PPI dibicarakan "berlarut-larut", menurut seorang aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah. "Tapi pihak kami belum menyatakan pendapat kepada umum," kata Mahyuddin, aktivis tersebut.
Toko-toko buku besar di Yogya tidak lagi memajang buku Wahib. Menurut mereka PPI laris. "Tolong saya dipesankan berapa harganya," kata Ir. Sjahirul Alim MSc, orang Universitas Gajah Mada dan tokoh muballigh yang pernah juga bersangkut paut dengan grup disku- si Prof. Dr. H.A. Mukti Ali--salah satu 3 tempat Wahib merumuskan ide-idenya.
Di Bandung, di toko buku Masjid Salman, sampai dua minggu lalu terjual seratus jilid. Tapi ada yang terjadi: permintaan kemudian menurun. Dari sekitar 50 jilid yang sisa, sampai minggu lalu masih ada kira-kira separuhnya. Ini, kata pihak toko, "karena reaksi yang timbul setelah membaca buku itu."
Dan reaksi memang keras--juga di Bandung. Dari pelbagai macam suara, yang boleh menarik pertama kali ialah protes mereka yang menyayangkan buku yang secara formal merupakan catatan pribadi itu diterbitkan. PPI memang berisi bagian dari catatan harian Wahib (lahir 9 November 1942) yang bertanggal 1968 sampai Maret 1973--beberapa saat sebelum ia meninggal bulan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…