Dan Revolusi Kebudayaan Buat Iran
Edisi: 51/11 / Tanggal : 1982-02-20 / Halaman : 45 / Rubrik : SEL / Penulis :
HAMPIR tiga tahun lamanya, sistem pendidikan Iran bergolak-golak. Di tengah demam revolusi yang menggulingkan Syah pada 1979, rapat, baris,debat dan demonstrasi menjadi semacam kurikulum gelap di sekolah-sekolah Iran. Sekarang pun lembaga pend id i kan I ran masih padat pergolakan, cuma jenisnya lain.
Universitas dan akademi ditutup. Sekolah lanjutan dibersihkan serta dikocok. Dan seantero Iran kini ada usaha gigih menobatkan bentuk rendidikan baru. Bagi para pengecam, itu memang cuma nama lam dari sistem indoktrinasi. Tapi yang dimaksud tak lain menanamkan nilai-nilai baru Republik Islam.
Ternyata tersingkirnya Syah tidak menjadi rem buat menghentikan kegiatan politik di sekolah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama dua tahun pertama Revolusi, sekolah lanjutan Iran menjadi bumi yang subur bagi organisasi-organisasi gerilya sayap kiri, walaupun tidak harus komunis.
Mariam, seorang gadis yang sampai pertengahan tahun lalu masih menjadi siswi satu sekolah lanjutan yang besar di Teheran Selatan, menuturkan bagaimana para pendudukung Mujahidin berhimpun di sekolah.
"Dua jam sebelum pelajaran kami sudah datang di sekolah. Kami bertujuh saja, dan berlatih di halaman. Kami menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan bersem bahyang. Sesudah itu kami membagi-bagikan pamflet dan koran kami, Mujahid. Setelah dua tahun kerja begitu, Maret tahun lalu kami sudah membesar jadi 40 orang. Barulah mereka (pemerintah) mulai menindak kami. Kemudian saya dipecat." Itulah pula sebabnya mengapa pada September 1981 segala kegiatan politik di sekolah dilarang.
Dalam suatu pidato penting di muka murid sekolah dan para orangtua, Ayatullah Khomeini memperingatkan adanya gerombolan-gerombolan pembangkang yang menyusup ke ekolah-sekolah dengan menyamar sebagai ulama. Tujuan mereka: meracuni pikiran para siswa, sebelum meneapai tingkat perguruan tinggi. Sehinga pada saat masuk universitas, kata Khomeini, "mereka akan siap melayani Amerika Serikat atau Uni Soviet."
Khomeini menuntut, sekolah-sekolah itu sendirilah yang harus mengikis habis para pendukung oposisi tGrsebut. "Adalah wajib bagi para pengajar maupun siswa untuk berusaha sekeras-kerasnya, menyelidiki unsur-unsur korup dan membersihkan sekolah dari kotoran orang-orang semacam itu," ujar Imam.
Menteri Pendidikan Ali Akbar Paravesh malah menyerukan dibentuknya "biro intelijen" di sekolah. Juga diserukannya agar mereka yang tak mau menerima ajaran Imam diusir saja seketika.
Maka pengawasan di sekolah lanjutan lantas dijalankan. Baik staf maupun para siswa yang tergabung dalam Aniomian Islami--perkumpulan Islam yang menghimpun pendukung pemerintah yang paling bersemangat-mengawasi dengan ketat semua yang dicurigai.
Lagipula Umar Tarbiati, Pejabat Urusan Pendidikan yang ditunjuk pemerintah, selalu mengawasi pendaftaran calon murid. Banyak siswa yang mendaftar diri diharuskan menandatangani sumpah prasetya kepada Republik Islam dan mengikrarkan "kelakuan baik."
Menurut Kementerian Pendidikan, dengan kontrol ini berhasil ditolak 40 persen calon siswa. Menurut perkiraan lain, ada sekitar 70.000 murid yang di tahun lalu tidak boleh mengikuti sekolah lanjutan. Entah mau dikemanakan nantinya.
Pengetatan baru ini dikenakan juga pada para guru.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…