Kisah Kepala Adat Bersawah
Edisi: 15/12 / Tanggal : 1982-06-12 / Halaman : 25 / Rubrik : LIN / Penulis :
SIANG itu terasa panas di Kampung Nanga Danau, Kal-Bar. Kebanyakan penduduk di sana berada dalam rumah. Panen sudah usai akhir Februari lalu. Tapi Kepala Adat Nanga Danau, Tumenggung Medang, tak di rumahnya. Sejak tengah hari ia pergi ke kolam ikan yang baru dibuatnya. Baru sore hari orang tua itu kembali. Masih bersinglet, dengan parang terselip di pinggangnya, Medang menatap tajam. Lalu tersenyum ia mengulurkan tangan menyambut pembantu TEMPO, Djunaini K.S.
la hampir tak percaya kalau ada tamu dari Pontianak mengunjungi kampungnya yang terpencil. Tangannya yang kasar menggenggam erat, matanya berbinar. "Anak harus bermalam di sini," perintahnya dengan penuh ramah. Meski suaranya mulai gemetar karena usia lanjut, 82 tahun, Medang masih tampak berwibawa.
Tahun lalu, dalam kesempatan peringatan Hari Lingkungan Hidup, Medang memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah. Kepala Adat itu -- dari kampung kecil di Kecamatan Mandai, Kabupaten Kapuas Hulu -- berhasil mengajak warga sukunya bercocok tanam menetap, meninggalkan cara berladang liar yang merusak hutan. Ia tak pernah bermimpi bakal menghadap Presiden RI dan menerima hadiah sejumlah uang dan lambang Lingkungan Hidup, pohon Kalpataru, terbuat dari emas 900 gram. Ia juga amat terkenang akan Menteri Negara PPLH, Emil Salim. "Hadiah dari beliau belum sempat saya pasang karena rumah belum jadi," ujar Medang.
Ia juga tak lupa jasa Ir. Kostelani dari Bappeda Kal-Bar yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…