Menangislah, Libanon

Edisi: 30/12 / Tanggal : 1982-09-25 / Halaman : 14 / Rubrik : LN / Penulis :


DULU ada Guernica dan My Lai dan Treblinka. Kini tempat pembantaian manusia bertarnbah: Sabra dan Shatila, dua kamp pengunsi Palestina di Beirut Barat. Di sana selama 36 jam penduduk sipil Palestina jadi sasaran pembunuhan, mulai Jumat pagi hingga Sabtu siang, 18 September.

Seluruh dunia marah. DK PBB segera bersidang hari Ahad dan dalam 11 jam secara bulat mendukung resolusi mengecam pembantaian tersebut. Pada hari yang sama, seorang jubir dari apa yang menamakan dirinya sebagai "Front Pembebasan Libanon dari Bangsa Asing" lewat telepon kepada pers mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan di Sabra dan Shatila. Ia bahkan menegaskan hal itu akan berlanjut sebagai perlawanan terhadap kehadiran semua bangsa asin di wilayah Libanon.

Sebuah penjelasan yang angkuh dan dingin, untuk sebuah pemandangan yang mengerikan di Sabra dan Shatila. Di sana mayat manusia bergelimpangan sepanjang jalan, bersisian dengan reruntuhan rumah penduduk. Laporan reorter AP G.G. Labelle menyebutkan bagaimana potongan tangan dan kaki bertonjolan ke segala arah, serpihan daging terlontar sia-sia dan wajah-wajah tanpa nama membengkak di panggang sinar surya. Timbunan itu mulai membusuk dan dikerubungi lalat.

Labelle dan rekannya William Foley melihat bekas-bekas buldoser di tanah sekitarnya. Diduga para pelaku pembunuhan kembali lagi sesudah melakukan pembantaian, berusaha menimbun jenazah itu dengan puing-puing, sampah dan kotoran.

Dari 100 jenazah yang sempat diperiksa, diketahui bahwa orang-orang malang itu kebanyakan ditembak langsung pada kepala atau punggung mereka. Aksi itu telah membaat 1.000 nyawa atau lebih. Korban terbesar di Shatila. Menurut radio Libanon, 3 hari sebelumnya pasukan Israel telah menetapkan daerah Sabra, Shatila dan Fakhani, ketiganya pemukiman pengungsi Palestina sebagai daerah militer terlarang, tanpa menyehutkan alasannya.

Sesudah evakuasi pejuang PLO yang terakhir berangkat 1 September silam, Beirut Barat yang semula diamankan oleh pasukan multinasional, kemudian diawasi oleh tentara Libanon. Ini sesuai dengan jamirlan Israel tatkala negosiasi dengan Philip Habib: bahwa tentara Israel tidak akan memasuki Beirut Barat. Jaminan itu pula yang membulatkan tekad Arafat ketika meninggalkan kota itu.

Tapi seperti biasa Israel melanggar kata-katanya sendiri. Ketika upacara pemakaman Presiden terpilih Bashir Gemayel berlangsung dengan khidmat di sebuah gereja di Bikfaya, 20 km di timur Beirut, ledakan 'bom Israel kembali menggelegar, menggoyahkan sendi-sendi gencatan senjata. Rabu siang 15 September, pasukan tank dan kendaraan lapis baja Israel menyerbu ke Beirut Barat dari 3 jurusan selatan, tenggara dan timur. Gerak maju ini dibantu oleh penembakan peluru kendali dan roket ke beberapa sasaran tertentu di Beirut Barat, sementara kapal kapal Israel meroket wilayah pintai.

Pasukan sukarela sayap kiri Libanon melakukan perlawanan kecil-kecilan, bisa jadi karena persenjataan mereka minim sekali: tinggal granat peluncur roket dan senapan mesin. Tanpa kesulitan berIrti Israel menduduki posisi-posisi penting…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…