Seorang Yang Terlupakan

Edisi: 39/12 / Tanggal : 1982-11-27 / Halaman : 57 / Rubrik : SR / Penulis : BBU


DI pinggir sebelah utara Kota Yogya, di tepi jalan menuju Kaliurang, di sebuah rumah mungil -- yang rapi tapi sepi. Penghuninya, seorang pelukis, lebih banyak mengunci diri di rumah itu -- sambil menyelesaikan lukisan-lukisan. Atau, menggesek cello, alat musik kesukaannya.

Pada hari-hari itu, agaknya hanya di rumah itu ia merasakan adanya kebebasan. Sebab ketika itu, awal tahun 1960-an, dunia senirupa dan cabang-cabang seni lainnya di Indonesia, sedang bising oleh teriakan "realisme sosialis".

Handrio, pelukis kelahiran Purwakarta 1926 itu, memang termasuk salah seorang pelukis penandatangan Manifes Kebudayaan yang sedang diganyang dengan berbagai teriakan yang tak kalah hisingnya pula. Karena itu agaknya ia menyingkirkan diri. Tapi lukisan-lukisannya tetap. Ia menggambar apa saja: alat musik, gelas-gelas kaca dengan gaya seni abstrak, tanpa peduli hura-hura di luar.

Bahkan setelah zaman Orde Baru datang, dan dia bekerja di TVRI Yogyakarta, Handrio seperti tetap mempertahankan gaya hidupnya yang dulu: dengan sunyi tetap menekuni cat dan menggesek cello. Ia seperti tidak berusaha tampil, misalnya,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…