Kamboja, Riwayatmu Dulu
Edisi: 46/11 / Tanggal : 1982-01-16 / Halaman : 40 / Rubrik : SEL / Penulis :
SECARA prinsipil kami tak bermaksud mencaplok negeri ini. Kami ingin penduduknya hidup dan berkembang dalam damai. Kami tak sudi melihat kerajaan kecil ini lenyap, sebagaimana direncanakan orang-orang lain yang berhati dengki dan keji.
Bangsa Kamboja itu liar dan biadab. Pembawaan mereka busuk dan jahat. Berkali-kali mereka menyerah dan tunduk, kemudian segera memberontak kembali. Mereka tak pernah menghiraukan hukum dan peraturan." Pidato seorang propagandis Hanoi? Bukan. Melainkan ucapan seorang bangsawan Vietnam, Phan Thanh Gian, ketika ia berusaha meyakinkan para administrator kolonial Prancis yang pertama--sekitar awal 1860-an.
"Tapi sentimen yang terkandung dalam katakata itu kekal adanya," tulis Milton Osborne dari Departemen Hubungan Internasional Universitas Nasional Australia, dalam majalah Asia yang terbit di New York, AS. Begitu pula istilah "orang-orang lain yang berhati dengki dan keji," yang ditujukan kepada para penguasa Muangthai. Sejak dahulu kala, Vietnam memandang-Muangthai sebagai ancaman terhadap Kamboja.
Konon sejak abad ke-17, air liur Vietnam sudah menitik ingin melahap wilayah Imperium Kamboja Angkor yang pernah megah itu. Dalam pada itu mereka menuduh kawula Kamboja "biadab", lemah, tak berdisiplin, lebih dekat ke India ketimbang Cina, dan berada di luar tapal batas peradaban. "Sikap angkuh dan merendahkan ini tampaknya tak berubah sampai penghujung abad ke-20 ini," tulis Milton Osborne.
Orang Kamboja sendiri sudah tentu, tak sudi dipandang begitu nista oleh tetangganya di selatan itu. Tiga bulan sebelum pasukan Vietnam memasuki Kampuchea (nama yang disandang negeri tersebut sejak 1975), tepatnya September 1978, pemerintahan Pol Pot di Phnom Penh menerbitkan sebuah Buku Hitam.
Buku itu merupakan ungkapan luar biasa kekejian Vietnam -- sejak abad ke-15 hingga zaman modern ini. Bagi rezim Pol Pot yang selalu berbicara "atas nama rakyat Kampuchea", bangsa Vietnam adalah yuon, alias barbar. Cita-cita mereka hanya satu, kata Pol Pot: "melenyapkan Kampuchea dari muka bumi."
Mungkin ada manfaatnya mengutip beberapa baris Buku Hitam tadi. "Maka sejak zaman feodal, zaman pendudukan Prancis, zaman imperialis AS, sampai zaman Ho Chi Minh, selera Vietnam tak pernah berubah. Mereka selalu ingin menjadi agresor yang rakus, dan melahap negeri lain."
Karena itu penyerbuan Vietnam ke Kampuchea, menurut Mililton Osborne, "hanyalah letupan lanjutan dari konflik dan permusuhan yang sudah berusia panjang." Dalam hubungan ini "perbedaan kebudayaan, dan peranan kaum kolonialis Prancis, mengambil bagian penting."
Pada April 1960, Milton Osborne melakukan perjalanan dari Phnom Penh ke Saigon yang kini bernama Kota Ho Chi Minh. Makin ke selatan Phnom Penh, katanya, berhamparanlah desa-desa Kampuchea di kiri kanan jalan. Penduduk diam di rumah panggung, di bawah naungan pohon enauatau buah-buahan.
April adalah bulan penghujung musim panas. Tanah tanah sudah dibajak, siap menanti hujan yang akan tercurah akhir Mei, saat padi mulai disemai.
Tak ada usaha untuk memanen sawah dua kali setahun. Asal musim tidak menyimpang, sekali panen sudah cukup mengumpani penduduk yang jumlahnya tidak seberapa.
Tetapi, setelah melintasi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…