Teka-teki Tekstil Semen ; Menduga-duga Hilangnya Semen
Edisi: 42/12 / Tanggal : 1982-12-18 / Halaman : 79 / Rubrik : EB / Penulis :
PULUHAN orang antre berdesak-desak di beberapa toko di Semarang. Di Toko Parikesit, Jalan Siliwangi, misalnya, di tengah udara menyengat, polisi sibuk menertibkan barisan manusia yang saling merangsak maju. Sesekali, kaki dan tangan petugas berseragam cokelat muda itu, melayang ke arah mereka yang berusaha mencoba menerobos barisan. Antrean di toko penyalur semen Opstibda itu baru berkurang ketika teriakan "habis", beberapa kali terdengar dari dalam toko.
Itulah pemandangan yang lama tak nampak, dan baru muncul lagi pekan lalu di Semarang, ibukota Provinsi Ja-Teng, setelah Ketua Opstibda Mayjen Ismail memerintahkan dilaksanakannya Operasi Pasar untuk menekan harga semen yang naik tajam sejak akhir November.
Semarang, mencatat rekor kenaikan tertinggi dibandingkan banyak kou lain. Di Yogya, Surabaya, Bandung dan Medan harga semen berkisar Rp 3.000 per kantung. Di Jakarta dan sekitarnya sampai Senin lalu tercatat antara Rp 2.700 sampai Rp 2.800. Semua masih di atas Harga Pedoman Setempat (HPS) yang ditetapkan: Rp 2.250 untuk DKI dan Ja-Bar, Rp 2.300 untuk Ja-Teng DIY dan Ja-Tim, dan Rp 2.800 sampai Rp 3.050 untuk luar Jawa dan Indonesia Timur.
Tak heran, semen Nusantara yang disalurkan Opstib di Ja-Teng dengan harga Rp 2.300 per kantung, kontan diserbu orang--terutama calon pembeli di 11 penyalur yang diteupkan Opstibda di Semarang. "Berapa saja datang, tetap habis," kata Tejo, pemilik Toko Parikesit yang setiap hari menyalurkan 1.500 kantung semen atau sekitar ton. Belakangan karena cepat habis, semen yang disalurkan itu terpaksa dijatah. "Hanya lima kantung per orang, itu pun harus menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP)," kata Tejo.
Akibatnya, antrean calon pembeli semen kiriman itu bertambah panjang. Toh harga di pasaran di sekitar Semarang tak bisa langsung turun. Di Toko Depok, misalnya, semen Nusantara masih dijual Rp 3.200 per kantung, demikian juga di toko-toko lain di Semarang. Itu bisa jadi karena setelah munculnya Operasi Pasar muncul pula orang orang yang masih berani memanfaatkan situasi.
Misalnya Saikem, buruh yang turut antre di Toko Parikesit. "Saya biasa jual ke toko Rp 2.900," katanya kepada TEMPO sambil senyum. Merahasiakan toko yang membeli semcnnya, dia mengaku belakangan ini mendapat tambahan rezeki dari Operasi Pasar. Dan dia ternyata tak sendiri. Partono dari Desa Karangayu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…