Rivai, Atau Sebuah Tanggung Jawab
Edisi: 50/10 / Tanggal : 1981-02-07 / Halaman : 15 / Rubrik : NAS / Penulis :
JAM dinding di rumah itu sudah dua hari mati. Demikian juga jam weker yang di atas piano. Ny. Hasanah, istri Nakoda Abdul Rivai sejak Senin petang 26 Januari lalu gelisah hebat di rumahnya di Jakarta Selatan itu. Seseorang yang tak mau menyebut nama menelepon: KM Tampomas II terbakar.
Apa yang terjadi? Berita yang datang simpang siur. Pimpinan PT Pelni tidak segera memberikan kepastian.
Hasanah karena itu kecewa sekali pada pimpinan Pelni. Apalagi ketika ia tiba-tiba diberitahu bahwa suaminya sudah dikubur di Ujungpandang bersama penumpang lain, 30 Januari. "Kok dimakamkan begini saja tanpa memberitahu saya. Seolah-olah tidak boleh dilihat keluarganya," ujar Hasanah geram.
Apalagi kepastian nasib Rivai itu diketahui bukan dari perusahaan, tapi dari interlokal H. Arsyad Daeng Lewa, keluarga Rivai di Ujungpandang. Tutur Daeng Lewa menurut Hasanah: "Seseorang mengantarkan buku dan cincin Rivai ke rumah. Ketika saya hendak melihat sendiri mayatnya petugas menghalang-halangi."…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?