Kini Tvri Rajin Masuk Desa
Edisi: 07/11 / Tanggal : 1981-04-18 / Halaman : 66 / Rubrik : MD / Penulis :
SAMBAS mendadak muncul di Desa Cimara, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sekali ini ia tidak mengudara dengan laporan olahraga. TVRI awal April itu menyiarkan wawancaranya di tepi sebuah sungai dengan Soekartono. Dalam acara baru Dari Desa ke Desa, tampil Soekartono sebagai wiraswasta yang mengusahakan listrik dari tenaga air.
Banyak lagi acara baru akan muncul di layar tv. Sebagai pengganti siaran iklan -- 30 jam lebih dalam sebulan -- TVRI Stasiun Pusat Jakarta siap menyiarkan secara nasional sedikitnya 19 mata acara baru. Sekalipun setiap hari hanya satu jam waktu siaran iklan yang harus digantikan, acara baru itu ternyata cukup merepotkan. Sejak reporter, pengarah acara sampai kepala seksi, kini sibuk menyusun rencana. Delapan stasiun TVRI daerah juga sama sibuknya dalam hal ini.
Reporter, juru kamera dan pengarah acara TVRI Stasiun Pusat Jakarta kini seperti dikocok -- sering harus pergi ke luar kota menyelenggarakan rekaman film. Karena didesak waktu, dan kurang persiapan, suatu acara kerap diselesaikan dengan tergesa-gesa. Soal koperasi susu di Kuningan, misalnya, diselesaikan dalam waktu hanya satu hari shooting, tanpa didahului penelitian mendasar mengenai problem setempat. Hasilnya seperti anda lihat, gairah berkoperasi di sana muncul dengan kesan hura-hura ala pedagang kaki lima.
Dalam menangani persoalan desa, TVRI Surabaya dianggap lebih jago. Dibanding hasil kerja TVRI Jakarta, demikian wartawan TEMPO Dahlan Iskan "acara Dari Desa ke Desa produksi TVRI Surabaya lebih akrab dan menonjol dalam mengemukakan human interest." Dengan pelaku tetap Kwartet S (Malang) dan ludruk RRI Surabaya, Dari Desa ke Desa dan Siaran Pedesaan tadi disiarkan secara berwarna. Bahkan Gubernur Jawa Timur mendorong acara itu dengan dana. Tahun ini, misalnya, kedua acara itu mendapat bantuan dana Rp 70 juta.
Yang jelas membuat acara Desa Kita, menurut Noor Syarif, Pengarah Acara TVRI Jakarta cukup sulit. Sekalipun kepada para pelaku (petani dan pamong desa) sudah diberi kebebasan dalam berdialog, mereka sering tidak bisa berbicara di depan kamera. Seorang pejabat Bank Rakyat Indonesia di Majalaya, bahkan pernah juga tak bisa mengucapkan kata-kata ketika lensa kamera membidiknya. Untuk melenyapkan serangan demam panggung itu, Noor sering menembakkan kameranya diam-diam di saat latihan.
Chaidir Bahar, Kepala Produksi Desa Kita, juga punya pengalaman serupa ketika memfilmkan peternakan kelinci di Cikalong, Bandung. Rekaman acara penyuluhan itu jadi kurang menarik karena pelakunya -- penduduk desa yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…