Kring... Kring... Ada Keluhan ; Menyelusuri Pulsa-pulsa Haram

Edisi: 21/11 / Tanggal : 1981-07-25 / Halaman : 64 / Rubrik : KT / Penulis :


SUDAH berlalu satu abad sejak telepon ditemukan di Amerika, tapi kini alat itu menyuguhkan teka-teki baru di Indonesia. Anehnya, justru sesudah modernisasi lewat Palapa.

Contoh Di Matraman Dalam, Jakarta, Ny. Hardillah Syukur amat terperanjat tatkala dihadapkan pada tagihan bulan Juli yang mendekati Rp 4 juta. "Uang sebegitu itu dari mana?," ujar janda pensiunan polisi itu membelalak. "Melihatnya saja saya belum pernah." Ia pun segera menghimbau Perumtel untuk "jangan mencabut telepon kami semaunya, sebelum ada penyelesaian lebih dahulu."

Himbauan lewat surat kabar itu, syukurlah, ditanggapi secara baik-baik oleh Kantor Telepon Jakarta Raya. Setelah ditelusuri, ketahuan bahwa tarif pulsa yang tidak masuk akal itu akibat dari "salah lihat".

Seperti yang diceritakan Ka Witel IV Eem Rachmat Bc. T.T, rate-meter telepon Ny. Hardillah untuk Juni 1981 menunjukkan angka 77.383, tapi oleh petugas terbaca 71.383. Dengan sendirinya penghitungan pulsa jadi berantakan. Karena pulsa Mei '81 tercatat 77.236 maka semestinya tagihan bulan Juni kepada nyonya janda itu cuma 147 pulsa. (77.383 pulsa -- 77.236 pulsa = 147 pulsa). Tapi akibat salah lihat melejit jadi 94.147.

Akhirnya, yang harus dibayar Ny. Hardillah cuma 147 x Rp 40 plus abonemen Rp 2.500 -- total Rp 8.380.

Tapi tidak semua konsumen telepon bernasib baik seperti itu. Kepada TEMPO, Budi, Direktur PT Djudjur Berpahala beralamat Jl. Jember 25, Tanjung Priok, mengeluh panjang lebar. Kantornya sudah berlangganan telepon sejak 3 tahun lalu. Selama itu tarif pulsanya wajar-waja saja -- sampai pada tagihan Maret '81 yang meningkat hampir 5 kali lipat, jadi Rp 155.100.

Hingga Juni '81, tagihan tetap saja di atas Rp 100.000. Budi akhirnya tidak tahan lagi. Ia layangkan surat pengaduan ke Perumtel. Tapi jawaban yang diterimanya: " . . . setiap langganan cq. nomor telepon harus bertanggung jawab akan akibat adanya pemakaian/sambungan percakapan yang dilakukan dari nomornya" .

Yang menarik terlampir di situ bukti percakapan telepon SLI (Sambungan Langsung Internasional) ke Singapura, Australia, Korea dan Manila. Juga tertulis tanggal dan nama pembicara serta nama orang yang dikontak mereka di negara-negara tersebut.

Ada Tn & Ny. Herly Sumarow, Mr. Chang Jeem Sul dan Mr. Chang Chong Han, Mr. Lessymes dan Mr. Kris, Mr. Kim Chang Gie dan Mr. Kim Sun Mie, dst. dst. "Tidak ada pegawai dan saudara saya yang punya nama-nama seperti itu," cetus Budi. "Dan anehnya, menurut kwitansi, pembicaraan dilakukan pada malam hari pukul 7, 8, 9 juga pukul 1 tengah malam. Bahkan ada yang telepon hari Minggu," ujar Budi. Padahal Budi yakin pada saat-saat itu kantornya ditutup, "kuncinya saya bawa pulang.

Atas pengaduan Budi, Perumtel…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
LEDAKAN DI MALAM NATAL
1985-01-05

Bom meledak di dua tempat di gedung seminari alkitab asia tenggara dan di gereja katolik…

S
SENAYAN MENUNGGU PAK DAR
1984-02-11

Keppres no.4/1984, seluruh kompleks gelora senayan (tanah yang diperuntukkan asian games ′62), dinyatakan sebagai tanah…

Y
YANG TERTIB DAN YANG MENGANGGUR
1983-04-09

Berdasarkan perda no.3/1972, gubernur soeprapto, akan melakukan penertiban terhadap bangunan liar dan becak-becak. bangunan sepanjang…