Dari Swiss-tapi Bukan Arloji

Edisi: 22/11 / Tanggal : 1981-08-01 / Halaman : 45 / Rubrik : SEL / Penulis :


INILAH yang biasanya segera terbayang kalau orang mendengar nama Swiss. Arloji. Sederhana saja, bukan? Disusul, paling-paling gambaran adem-ayem sebuah negeri yang mapan, tata-tentrem-karta-raharja-gemah-ripah-loh-jinawi.

Coba. Inilah negeri dengan pendapatan per kapita tertinggi di belahan Barat. Tempat 6,3 juta rakyat berbicara dalam empat bahasa yang berbeda. Hidup damai dan serasi di tengah alam.

Debat politik -- lokal maupun nasional -- selalu berjalan tertib. Tak pernah menyimpang dari hukum demokrasi. Beberapa bulan sekali, rakyat diundang dan diminta memberikan suara. Misalnya mengenai soal: apakah seorang motoris memang wajib mengenakan helm.

Angka kejahatan rendah. Pemukiman liar tidak dikenal. Kantor pos mengurus surat sebagaimana mestinya. Kereta api tak pernah anjlok ke luar rel. Pendeknya semua berfungsi secara meyakinkan. Seperti, ya, seperti arloji Swiss.

Tapi belakangan, gambaran itu rusak binasa. Ribuan anak muda yang berang berbaris di seluruh negeri. Membuat macet lalu-lintas, memekik-mekik. Acap kali dengan carayang keterlaluan.

Misalnya November tahun lalu. Pada siang yang tenang itu, Ketua Dewan Kota Zurich Sigmund Widmer sedang makan angin di Bukit Lindenhof yang bersejarah. Tepat di jantung Kota Lama.

Tiba-tiba serombongan anak muda muncul, sebagian besar mengenakan celana jin belang-bonteng. Mereka mengepung ketua yang malang itu.

Sebuah tinju dilayangkan ke hidung. Ada pula yang menarik dasinya, mengayunkan tubuhnya yang gemuk ke sana ke mari.

Topinya yang terbuat dari bulu binatang hampir tercampak dari kepala. Pokoknya, runyamlah. Untung Widmer akhirnya lolos juga. Ia terbirit-birit ke kantor polisi di depan Balai Kota.

Sementara itu, kelompok lain mengamuk di seluruh bagian Kota Lama. Melempari jendela toko dan menyemprotkan cat ke pelbagai bangunan.

Polisi antihuru-hara segera bertindak. Dengan perisai khusus, mereka mencoba 'menjinakkan' rombongan yang bagai kerasukan itu.

Rupanya terlambat. Sebagian sudah mencapai Bahnhofstrasse, jalan paling anggun di dalam kota. Anak-anak muda itu menumpahkan kaieng-kaleng sampah ke tengah jalan.

Secepat kilat para pemilik toko melindungi jendelanya dengan kayu apa saja yang kebetulan ketemu. Berusaha…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…