Afghanistan, Surga Yang Hilang ?

Edisi: 24/11 / Tanggal : 1981-08-15 / Halaman : 41 / Rubrik : SEL / Penulis :

TERHAMPAR di jalur legendaris antara Laut Tengah dan anak benua India, inilah negeri dan kebudayaan yang bernaung di balik pegunungan Hindu Kush. Lelap dan damai berabad-abad, bagai terlupakan oleh sang waktu.

Di utara perbatasan dengan wilayah Uni Soviet -- yaitu republik Turkmenia, Uzbekistan, dan Tajikistan. Di timur dan selatan dengan Pakistan. Di barat dengan Iran. Jauh di timurlaut, terbentang 80 km perbatasan dengan daerah otonom Shinkian yann dikuasai RRC.

Afghanistan, negeri itu memang terpencil dan sangat strategis, karena itu kerap tak berdaya menahan serbuan pasukan asing. Ia pernah di jarah Jenghis Khan dan Timurleng, sekitar abad ke-13 dan ke-14. Pertengahan Desember 1979, masuk pula pasukan tank Soviet, membuat onar. Dan kuku negeri beruang itu masih mencengkeram Afghanistan hingga kini.

November tahun lalu terbit sebuah buku, Afganistan: Paradise Lost. Disusun oleh Roland dan Sabrina Michaud, sepasang pelancong dan fotografer kawakan, yang pernah tinggal di sana 14 tahun. Mereka takju akan panorama dan kebudayaan Afghanistan yang elok -- yang kini agaknya dalam bahaya. "Di Turkestan, debu menyelimuti segala-galanya," tulis Roland dan Sabrina. Pohonan, manusia, apa saja yang berada di muka bumi terselubung warna kuning.

Tetapi pada musim semi, pelbagai bunga mekar bersama. Padang-padang di Turkestan seko nyong-konyong berubah laksana permadani aneka warna. Itulah musim Eulnek -- sebuah ungkapan untuk padang yang berhamparkan kembang. Pada zaman yang silam, wilayah ini ramai dilintasi para saudagar sutera.

Di lembah-lembah Nuristan, musim dingin datang bagai selimut kelabu. Penduduk di sini mempunyai wajah sama dengan orang pegunungan di mana-mana. Bercambang dan berambut lebat, bagaikan Robinson Crusoe.…

Keywords: -

---

Foto Terkait