Takbir Dalam Nyepi
Edisi: 04/23 / Tanggal : 1993-03-27 / Halaman : 85 / Rubrik : AG / Penulis : JK
KALAU Anda ingin menyaksikan toleransi beragama, barangkali itu terlihat jelas di Bali. Tepatnya di hari Nyepi, 24 Maret, Rabu pekan ini. Di hari itu umat Hindu menyambut tahun baru Saka 1915 dengan cara tirakat: tak menyalakan api dan lampu, tak membuat bunyi, tak bepergian, dan tak melakukan kegiatan selain berdoa.
Selama ini di Bali umat non-Hindu memberikan toleransi yang besar di hari Nyepi. Mereka ikut bersepi-sepi: mungkin mereka masih melihat siaran televisi, tapi dalam volume yang rendah. Mungkin dalam rumah mereka lampu tetap menyala, tapi di mana perlu saja. Juga, mereka menahan diri untuk tak keluar rumah, kecuali sangat penting, umpamanya ke dokter dan kalau terpaksa bepergian diusahakan dengan jalan kaki agar tak berisik.
Maka sungguh menarik bahwa Nyepi kali ini bertepatan dengan hari ketika umat Islam menjalankan hari terakhir puasanya. Disunahkan dalam Islam, pada hari itu, sehabis magrib, digemakan takbir di mesjid-mesjid dan di jalan-jalan, sebagai tanda bersyukur ibadah puasa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…