Pukat Sumatra, Selamat Tinggal

Edisi: 45/10 / Tanggal : 1981-01-03 / Halaman : 15 / Rubrik : DH / Penulis :


ANGIN barat yang biasa bertiup kencang di akhir tahun, minggu lalu masih melanda Selat Malaka. Tapi para awak trawler Bagansiapi-api (Riau) dan sekitarnya masih berani melaut memburu kesempatan terakhir buat beroperasi.

Mulai 1 Januari giliran pukat harimau di perairan Sumatra dilarang heroperasi, menyusul larangan serupa di perairan Jawa dan Bali sejak Oktober 1980 -- seperti dijadwalkan Keppres 39/80. Peraturan itu tentu tak enak, sebab 60% penduduk Bagansiapi-api yang 110.000 jiwa, mencari nafkah di laut. Seperti halnya di Jawa dan Bali, bayangan pengangguran mulai nampak di sana.

"Sampai pekan lalu sudah 1.000 lebih anak buah kapal (ABK) mudik ke Jawa," kata Camat Bagansiapi-api, Darwis. Yang paling menyolok, adalah bangkrutnya industri galangan kapal kayu. Sebab sebagian besar trawler (yang semula disebut cungking) dibikin di Bagan. Sudah 40 dari 53 galangan kapal di Bagan gulung tikar.

"Dulu sebulan rata-rata 70 pukat harimau dibuat di sini," kata dr. R. Ilutapea, Kepala RSU Bagansiapi-api yang sejak 1976 mendirikan galangan cukup besar, CV Tarsis. Ia juga ketua Asosiasi Usaha Pembuatan Kapal Kayu. Tapi yang terpaksa juga harus gigit jari ialah penduduk sekitar muara Sungai Rokan di pesisir timur Sumatra.

Sekarang mereka tak lagi bisa menyetor kayu meranti atau kulim sebagai bahan pembuat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02

Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…

A
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26

Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…

A
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21

Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.