Mereka, Di Belakang Pendahulu
Edisi: 45/10 / Tanggal : 1981-01-03 / Halaman : 51 / Rubrik : PDK / Penulis :
ADA potret Bung Hatta di Negeri Belanda -- masih muda, tahun 1920an. Ada potret Moh. Roem, juga di sana. Ada juga Ali Sastroamidjojo. Ahmad Subardjo. Iwa Kusumasumantri. Sjahrir. Dan banyak lagi.
Terpampang di buku-buku sejarah atau memoar pribadi, potret-potret itu selalu menggambarkan wajah-wajah yang belia, dengan pakaian rapi dan semua muka menghadap lensa, serta sorot mata yang mewakili semangat muda yang mantap. Kesan yang selalu tertangkap: kehidupan intelektual yang sedang dgembleng -- sekalipun peruangan tanah air dari negeri orang.
Dan memang, Negeri Belanda-lah yang merupakan kancah pertama para mahasiswa kita (istilah waktu itu: pelajar) yang berjuang. Di sana pada 1908 dibentuk Indische Vereeniging, kemudian menjadi Indonesische Vereeniging dan terakhir 'Perhimpoenan Indonesia di Negeri Belanda, perkumpulan yang pertama kali mempropagandakan kemerdekaan Republik.
Bahkan tidak hanya di Negeri Belanda -- satu-satunya negeri Barat yang "dikenal" waktu itu. Di Mesir, yang -- seperti juga Mekah dan Madinah --merupakan tempat pencetakan intelektual dari kalangan keagamaan, tahun 1947 para pelajar kita membuktikan darmabaktinya. Pengakuan kemerdekaan RI secara de facto dan de jure oleh Liga Arab waktu itu tak lain berkat jasa Perhimpunan Pemuda Indonesia dan Malaya (Perpindom) di sana. 18 November 1946 mereka mendesak dalam sidang liga secara meyakinkan -- dan akhirnya persetujuan diumumkan kepada seluruh negara anggota. Sejak itulah para pembesar kita yang kebetulan bertamu atau lewat di sana disambut meriah sebagai pemimpin negara merdeka.
Waktunya memang sudah agak lama. Dan karenanya, orang-orang Indonesia yang sekarang ini mengirimkan anak-anaknya bersekolah ke luar negeri barangkali tak lagi ingat, betapa pun mereka menjadi makmum alias buntut para pendahulu itu. Zaman memang sudah banyak berubah, dan motivasi menjadi "studen luar negeri" sudah lebih banyak bervariasi.
Perjuangan tidak lagi perjuangan kemerdekaan yang "jelas sosoknya". 'Perjuangan' dari negeri orang, menjadi sesuatu yang tidak selalu gampang dicari maknanya -- andai toh kata itu masih relevan. Organisasi dengan begitu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…