Melacak Pelarian Escobar
Edisi: 49/22 / Tanggal : 1993-02-06 / Halaman : 43 / Rubrik : SEL / Penulis : BSU
DI Kolombia, pemerintah atau mafia narkotik, tak jelas siapa lebih berkuasa. Maka seorang buron superkakap, pertengahan Januari lalu, mengirimkan tawaran yang sebenarnya lebih sebuah ancaman. "Kami punya daftar 70 nama yang akan kami culik, dan kami akan membunuhi para diplomat bila pemerintah menolak syarat-syarat penyerahan diriku".
Siapa lagi bila ia bukan Pablo Escobar, bos mafia narkotik terbesar di negeri Amerika Latin itu. Dialah musuh nomor satu Presiden Cesar Gaviria. Bos jaringan narkotik yang miliuner, yang penuh akal bulus, yang sejauh ini tampaknya lebih banyak memegang kendali dalam perang narkotik yang dicanangkan pemerintah Kolombia empat tahun lalu.
Lihat, dua tahun setelah perang narkotik yang mendapat bantuan besar dari Washington itu, seluruh dunia bernapas lega: Raja Narkotik Pablo Escobar menyerahkan diri, Juni 1991. Tapi tiga belas bulan kemudian orang pun tak habis percaya, sang gembong raib, tanpa jejak, dan 7.000 parakomando yang diberi tugas melacak sang buron hingga kini belum juga berhasil.
Dan Escobar bukan cuma lari dan bersembunyi. Sekitar dua pekan lalu bom meledak di Bogota, ibu kota Kolombia. Sejumlah orang tewas, sejumlah bangunan rusak. Tak ada indikasi lain selain itulah perbuatan jaringan Escobar. Dan sebelum ia mengirimkan tawaran penyerahan diri dan ancaman bulan lalu itu, bagaikan melemparkan dadu di meja judi, berkali-kali Escobar melayangkan tawaran penyerahan diri bersyarat. Siapa tahu salah satu dadunya bisa diterima oleh pemerintah Kolombia.
Misalnya, Escobar pernah menawarkan syarat ini: ia bersedia dipenjarakan kalau jaksa federal dan jaksa agung mau menyelidiki lenyap dan matinya sejumlah kawannya yang diduga tewas di tangan agen rahasia Kolombia. Dan demi keamanan dirinya, ia tak mau dipenjarakan di sembarang tempat. Ia minta "dipenjarakan di akademi polisi di La Estrella, yang terletak di pedesaan di sebelah selatan Medellin.
Lain hari ia minta syarat yang lain pula: kepala polisi diganti. Kepala polisi Kolombia memang menjadi mesin utama perang melawan mafia narkotik ini. Mesin utama inilah yang menentukan keras tidaknya pembasmian perdagangan narkotik. Lalu, sekitar awal tahun, tawaran penyerahan diri Escobar mulai mengandung ancaman: ia siap membentuk pasukan gerilya untuk menumbangkan pemerintah Kolombia jika peyerahan dirinya ditolak. Dan kemudian, ancamannya tiga pekan lalu itu: penculikan dan pembunuhan tersebut.
Tapi kali ini Escobar berhadapan dengan pemerintahan Presiden Cesar Gaviria, yang tampaknya tak mau kecolongan untuk kedua kalinya. Cesar Gaviria sudah menegaskan, Escobar mau menyerah tanpa syarat atau perang. Pengalaman yang lalu tampaknya menjadi pelajaran betul bagi pemerintah yang berniat membersihkan negara Kolombia dari sarang mafia narkotik ini.
KOLOMBIA ATAU LABIRIN POLITIK, JARINGAN NARKOTIK, DAN KEKERASAN
Menerima syarat dari Escobar memang membuat runyam. Ketika ia menyerah Juni 1991 itu, misalnya, dengan lihainya Escobar membuat pemerintah Kolombia meluluskan semua syarat penyerahan dirinya. Padahal, seorang yang tak tahu-menahu soal jaringan narkotik pun akan paham bahwa syarat-syarat itu sangat memungkinkan Escobar tetap mengendalikan jaringan narkotiknya, dan sebenarnya ia tetap bebas sebebas-bebasnya, kecuali ia punya status baru sebagai tahanan.
Dengan alasan bahwa musuhnya sesama mafia narkotik bisa mengirimkan pembunuh untuknya, semua permintaan ini dikabulkan. Ia bebas memilih pengawalnya sendiri. Kemudian diketahui sebagian besar pengawal itu adalah orangnya, bahkan sebagian masih punya hubungan keluarga dengannya. Karena itulah tamu-tamu bebas keluar-masuk di penjaranya yang mewah, antipeluru, dan dilengkapi pula dengan radar. Dan siapa lagi tamu itu bila bukan anak buahnya. Dan hanya seorang tolol luar biasa yang menduga bahwa mereka sekadar membesuk bosnya yang sedang menjadi pesakitan itu.
Ini semua bisa terjadi tentu tak terlepas dari keadaan aparat pemerintah Kolombia sendiri. Polisi, tentara, politikus, pejabat sipil yang lain, masing-masing punya kepentingan pribadi. Begitu ada tawaran yang bisa menguntungkan pihaknya, tak peduli itu merugikan negara, akan diusahakan agar terlaksana. Keadaan negeri bernama Kolombia, kata orang Kolombia sendiri, bak sebuah labirin yang tangga-tangganya tersusun dari politik, jaringan narkotik, dan kekerasan -- sulit ditebak ke mana juntrungannya tangga labirin itu.
Satu contoh, sebelum Escobar raib, tak ada yang mencoba memperingatkan atau menyatakan bahwa Escobar masih terus memimpin kartelnya. Baru setelah ia lolos dari Penjara Envigado di sebuah bukit indah, tempat ia bisa menatap Kota Medellin, kota pusat kartelnya, orang baru omong bahwa ia memang masih memimpin operasi perdagangan gelap itu.
Sebuah laporan pandangan mata tentang bagaimana dan apa saja yang ada di Penjara Envigado, beberapa waktu setelah Escobar kabur, membuktikan bahwa selain statusnya sebagai tahanan, Escobar tetap seorang bos mafia narkotik yang tak secuil pun kepemimpinan dan kewenangannya rontok.
DARI MAJALAH PORNO SAMPAI LAPANGAN SEPAK BOLA
Lihat, di ruang tempat ia ditahan ada 11 sambungan telepon, beberapa telepon genggam, tiga sistem telepon radio, sembilan alarm, dan satu regu merpati pos terlatih yang tak hanya bisa membawa pesan tapi juga menerbangkan microchip komputer. Banyaknya alat komunikasi itu menimbulkan pertanyaan, bisakah semua itu dimonitor oleh aparat keamanan. Jawabannya cenderung tidak.
Lalu ruangan tempat ia ditahan semuanya teratur rapi, tak sesudut pun memberi kesan bahwa ini sebenarnya sebuah penjara. Botol Scope berisi separuh tergeletak di bak kamar mandi. Sembilan pasang sepatu Nike dan enam potong jins ditumpuk di kloset, seperti ini sebuah pusat latihan atlet. Tempat tidur Escobar yang berseprai bulu monyet. Di dindingnya terpampang lukisan keramik Sang Perawan Maria. Satu set permainan boneka Barbie tergeletak di belakang meja rias warna putih-merah muda. Konon di situlah tempat bermain anak perempuan Escobar. Lalu ada seperangkat sofa rotan dan lukisan-lukisan Hoppers. Itu semua memang bukan koleksi selera tinggi, tapi jelas mahal. "Kalau tahu seleranya, jangan mengharap menemukan sebuah istana," ujar bekas pacar Pablo Escobar.
Di dinding yang lain terpampang sebuah poster: "Wanted", bergambar Pablo Escobar dan anaknya di muka Gedung Putih. Ada juga sebuah kolase, lukisan yang terdiri dari tempelan-tempelan, antara lain guntingan majalah porno Hustler. Kolase itu seperti mau menggambarkan kehidupan Escobar di Penjara Envigado. Sembari dibelai-belai cewek tanpa busana, ia melempar-lemparkan paser karet ke wajah George Bush di layar TV. Lalu tertulis kalimat, yang maksudnya kira-kira begini: "Inikah yang disebut penderitaan sang raja kokain Amerika Selatan Pablo Escobar dalam penjara? ... Hai, Pablo, simpan sebagian untuk kami!"
Koleksi videonya lumayan. Ada Bullitt-nya Steve McQueen, The Octagon-nya Chuck Norris, Rent-a-Cop-nya Burt Reynolds. Semuanya film keras. Yang menarik, ada koleksi yang agaknya sering diputar ulang, yakni The Godfather: The Complete Epic. Apakah tokoh godfather ciptaan Mario Puzo yang difilmkan oleh sutradara Francis Ford Copppola itu idola Escobar? Ada yang bercerita, sekali waktu tim penasihat hukumnya bertandang ke penjara. Mereka menyapanya dengan penuh takzim: "Buenos dias, Don Pablo." Eh, Escobar kontan menyela, "Jangan panggil saya Don. Kedengarannya saya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…