Rumah Untuk Siapa? ; Rumah Untuk Wahyudi Dan Guru Sitorus

Edisi: 08/11 / Tanggal : 1981-04-25 / Halaman : 61 / Rubrik : KT / Penulis :


IA seorang pengemudi bajaj. Tidak pernah terlintas dalam angan-angannya bahwa sekali waktu ia akan tinggal di sebuah rumah tembok sub-inti dalam lingkungan yang sehat di ibukota.

Tapi kemujuran memang bisa muncul tiba-tiba. Dan Wahyudi, 44 tahun, asal Pekalongan, pindah ke rumah barunya 1 Februari silam, beberapa hari sebelum kompleks sub-inti Klender diresmikan.

Bagus, seorang ketua RW di Karet Tengsin, Jakarta Selatan, adalah kunci pertama dalam kisah mujur ini. Suatu hari ia menyodorkan formulir pendaftaran rumah pada Wahyudi. Formulir segera diisi, tapi sudah itu pengemudi bajaj itu tidak menghiraukannya lagi. Sebab sepengetahuannya rumah Perumnas hanya untuk pegawai negeri dan ABRI saja. Bahwa akhirnya ia pun mendapat jatah, wah!

Wahyudi heran dan takjub, senang tapi gugup. Bahkan sampai sekarang, kalau bicara tentang nasib baik itu, ia seakan tepekur. "Kok ada yang memperhatikan saya," gumamnya.

Boleh dibilang perasaan serupa itu dialami oleh hampir semua penghuni rumah sub-inti. Tidak seorang pun percaya bahwa satu dari sekian ribu rumah yang dibangun Perumnas itu akan dihuni oleh orang-orang seperti mereka: para pengemudi becak bajaj, tukang sapu, sopir bis, sopir taksi, tunanetra.

Sikap ini memang dapat dimaklumi. Sebab sejak Perum Perumnas didirikan pada 1974, telah dibangun 75.842 rumah di 17 kota di seluruh Indonesia. Tapi semuanya diborong oleh ABRI, pegawai negeri golongan I, II atau pihak swasta kelas menengah sedang. Baru kemudian golongan lain yang lebih miskin, kelas Wahyudi.

Selama Pelita II, usaha PemerinUh membangun perumahan rakyat secara besar-besaran memang sudah dimulai, meskipun hasilnya belum terlihat banyak. Sebab selain jumlah rumah yang dibangun tidak sanggup mengejar jumlah penduduk yang membutuhkan, terutama di kota-kota besar, juga karena rumah yang dibuat terbatas pada tipe rumah inti (luas minimum 20 mÿFD) dan rumah sederhana (luas minimum 36 mÿFD).
Sejak Pelita III jangkauan diperlebar. Misalnya dalam periode 1979-1984 direncanakan akan dibangun 150.000 rumah (dua kali lipat jumlah rumah dalam Pelita II) di 77 kota di seluruh Indonesia.

Tipe rumah juga menjadi lebih bervariasi karena mulai diperkenalkan rumah susun (walk up flat) berlantai empat dan rumah sub-inti yang kecil (luas maksimum 15 mÿFD). Rumah susun pertama, di kawasan Tanah Abang, Jakarta, itulah yang diresmikan Presiden Soeharto Selasa minggu ini -- suatu lambang perhatian pemerintah kepada soal pemukiman lapisan bawah.

Rumah sub-inti pertama yang merupakan pilot proyek terletak di Perumnas II Mandala, Medan -- sejak awal 1980. Di situ telah berdiri 401 unit subinti dengan klasifikasi 72 unit tipe D-15, 181 unit tipe D-12, 148 unit tipe D-9. Adapun kompleks sub-inti untuk Jakarta di Klender, hanya terdiri dari 190 unit, sedangkan di Surabaya ada 318 unit yang baru akan didiami akhir tahun ini.

Meskipun sebagai rumah tipe subinti ini terasa terlalu sempit, dengan dinding batako, beratap asbes dan berlantai semen, dalam pandangan mata penghuninya jauh lebih lumayan jika dibandingkan dengan rumah mereka yang lama. Rata-rata mereka dulu tinggal di rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Listrik dan WC tidak selamanya tersedia, kalaupun ada, selalu dipakai oleh beberapa keluarga. Di samping itu ruangnnya pengap tanpa jendela, berdinding gedek dan lantainya cuma tanah yang dikeraskan. Belum lagi selalu berselisih dengan tetangga.

Di perumahan baru, keadaan serba lain. Bahkan apa yang dapat disaksikan di Mandala II Medan, sudah jauh berbeda dibanding ketika pertama kali penghuni menempatinya. Seluruh rumah sub-inti di situ sudah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, dan kemampuan, masing-masing penghuni. Ada pengemudi becak yang mendahulukan garasi untuk becaknya. Ada yang membangun dapur saja dulu.

Muhammad Nurdin misalnya, 49 tahun, seorang pengemudi becak, sampai sekarang sudah menambah satu karmar tidur, satu kamar tamu dan satu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
LEDAKAN DI MALAM NATAL
1985-01-05

Bom meledak di dua tempat di gedung seminari alkitab asia tenggara dan di gereja katolik…

S
SENAYAN MENUNGGU PAK DAR
1984-02-11

Keppres no.4/1984, seluruh kompleks gelora senayan (tanah yang diperuntukkan asian games ′62), dinyatakan sebagai tanah…

Y
YANG TERTIB DAN YANG MENGANGGUR
1983-04-09

Berdasarkan perda no.3/1972, gubernur soeprapto, akan melakukan penertiban terhadap bangunan liar dan becak-becak. bangunan sepanjang…